7. Did You Care About Me?

64 9 0
                                    

Author Pov.

Kicauan burung di pagi hari yang mengusik indra pendengaran itu membuat Audrey terpaksa membuka mata malasnya yang masih ingin terpejam.

Eunghh.. ia melenguh saat seberkas cahaya mentari menerpa wajahnya. Dengan malas Audrey membangunkan tubuhnya, ia merenggangkan otot-ototnya sebentar kemudian memfokuskan kedua matanya..

Sosok Arnold yang paling pertama ia lihat sedang duduk di sebuah single sofa sembari memainkan game online di ponsel nya.

"Arnold?" Ucap Audrey dengan suara serak khas bangun tidur.

"Oh, kakak sudah bangun.." Arnold mematikan ponsel nya itu, memasukkan nya ke dalam saku jaketnya kemudian menghampiri sang kakak.

"Bagaimana tangan kakak?" Tanya Arnold,

"Ini hanya goresan kecil, sudah tidak sakit sama sekali."

Ya, tangan Audrey memang sedikit terluka akibat terjatuh kemarin. Tangannya yang mulus itu bergesekan langsung dengan jalanan yang bertekstur kasar, menurutmu bagaimana kulit seorang Audrey bisa tidak terluka?

Cklek.

Pintu terbuka, menampakkan sosok Stefan yang masuk begitu saja ke dalam kamar Audrey.

"Oh Stefan, kebetulan kau sudah datang, aku harus segera ke kampus." Ucap Arnold berjalan menghampiri Stefan.

Stefan hanya tersenyum kemudian mengangguk. "Hati-hati di jalan."

"Titip kakak ku yang ceroboh itu yah Stefan." Ucap Arnold membuat Stefan tertawa kecil.

"Dasar adik durhaka!" Teriak Audrey tak terima mendengar ucapan Arnold yang menyinggung nya dengan jelas itu.

Arnold hanya menjulurkan lidahnya sebentar ke arah Audrey, kemudian berjalan keluar dari kamar kakaknya tersebut.

Audrey Pov.

Huft, entah kenapa, atmosfer di kamarku ini jadi terasa sangat canggung saat Arnold telah pergi dan hanya menyisakan aku dan Stefan.

Aku mengangkat pandanganku, mencoba menatap wajahnya, tapi.. entahlah, aku masih takut.

Aku tahu ia berjalan ke arahku, bahkan begitu dekat dari tepi ranjangku. Namun hanya sampai di situ, ia hanya berdiri tegap tanpa berani menggerakkan kedua tangan nya untuk menyentuhku.

"Maaf karena sudah memarahi mu semalam." Ucapnya memecah keheningan di antara kami.

Aku memberanikan diriku mengangkat wajahku untuk menatapnya. "Tidak apa-apa, aku paham kau hanya terlalu mengkhawatirkan ku kan?"

Oh apa yang ku katakan?? Sumpah itu semua keluar begitu saja dari mulutku.

"Benar, aku sangat marah melihat pria itu mendorong mu hingga terjatuh. Aku akan menuntut pria itu untukmu."

Aku terbelalak tak percaya mendengarnya. "Apa?! Tidak Stefan! Kau jangan gila."

"Dia mendorong mu hingga kau terluka seperti itu--"

"Ini hanya luka kecil. Aku mohon jangan menuntut nya. Itu terlalu berlebihan." Ucapku yang dengan cepat memotong perkataan Stefan.

Ia tampak terdiam sesaat, menatapku dengan tatapan yang sulit aku artikan. Namun sepersekian detik kemudian, ia tersenyum hangat padaku lalu duduk tepat di sampingku.

"Apa masih sakit?" Tanyanya lembut.

Senyumnya itu entah bagaimana membuat bibirku secara otomatis ikut melengkung kan senyum ke arahnya. "Tidak. Sejak awal ini tidak sakit kok."

All I WantWhere stories live. Discover now