3. Teman

110K 8.5K 520
                                    

Bragalian Cakra Vegario, namanya. Sosok pria yang berasal dari keluarga Vegario ini adalah sosok yang pasti ditakuti banyak orang, pria keturunan jerman ini merupakan ketua dari salah satu geng terkenal disini, Astercyo namanya. Tubuhnya yang kekar, badannya yang tegap dan jangan lupakan wajahnya yang sangat tampan.

Memiliki sikap yang angkuh, cuek, dan sangat tidak suka jika kehidupannya sudah terusik, dia ini orangnya sangat sensitif bila menyangkut harga diri, seluruh anggotanya tak ada yang berani kepadanya, tak terkecuali ketiga teman dekatnya Algema Sadewa Gytrew,
Ajalio Harian Catra, Benua Arfilio Zyngga.

Pria yang sangat tidak suka dipanggil bos itu kembali ke perkumpulannya, melepas helm dan pergi menuju gazebo yang ada diwarung tersebut.

"Gimana Ga, lo apain tuh cewek?" tanya Benua, antisipasi saja soalnya kan itu cewek temen adiknya.

"Bos lo gak grepe-grepe tuh cewek kan?" tanya Lio yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Braga menatap tajam ke arah Lio lalu menyuruh Dapa menarik Lio kehadapannya, setelah Lio tepat didepannya.

Plak

"Pertama, jangan panggil gue bos!"

Plak

"Kedua, jaga omongan lo nyet!" sentaknya kesal.

Lio mendengus, mengusap pantat dan pipinya yang baru saja di tampar Braga.

"Yaudah maaf, lo jahat banget nampar pantat. Gak ada yang lain apa? lengan kek, perut sixpack gue kek."

Braga melotot melayangkan tangannya siap menampar Lio lagi, namun dengan cepat ditahan Gema yang baru saja datang.

"Eitss..Udah Bos, lebih baik jawab pertanyaan kita. Lo apain tuh cewek?" tanya Gema.

Braga mendengus, "Gue tinggal di hutan."

"APA?!" teriak Lio kencang dan yang lain hanya melotot tak berani bersuara.

"Lo jahat banget sama Echa gue, dia cewek anjir. Lo pasti bawa dia ke Hutan samping jembatan ya?" tebak Lio dibalas anggukan Braga.

Benua menghela nafas. "Lo lupa Ga?"

Braga menoleh menaikkan satu alisnya tanda bertanya.

Benua memutar bola matanya. "Hari ini disana ada pertemuan Papa lo sama musuhnya anjir."

Braga melotot tersadar, kenapa ia baru ingat. Namun bibirnya tersenyum menyeringai. "Bodo, gapapa biarin aja."

Yang lain menggelengkan kepalanya, emang dasarnya kelewat bodo amat sama cewek ya gitu. Lio bergegas mengambil jaket nya dan meraih kunci motor.

"Biar gue yang susul, dia cewek."

"LIO? TETAP DIAM BISA?" teriakan itu membuat semua orang mengalihkan pandangan ke arah lain tak mau ikut campur. Kalau singa sudah marah bumi sebentar lagi akan meledak.

Lio berbalik lalu menghela nafasnya dan menggelengkan kepala. "Ga kasian anjir, gue takut tuh cewek kenapa kenapa."

Gema mengangguk, "Kali ini aja Ga, meskipun kita gak kenal sama tuh cewek setidaknya kita antisipasi takut dia kena sama musuh papa lo."

Braga terdiam, benar juga. Jika cewek itu berada ditangan musuh Jeda akan tidak beres nantinya.

Braga mengacak rambutnya frustasi. "Bodo lah anjing, serah." Braga berucap dan pergi memasuki rumah.

Lio menatap Benua, dibalas anggukan Benua, yang berarti tandanya disetujui.
Lio pun bergegas pergi melajukan motornya dengan kecepatan cepat

Braga (Sudah terbit) Kde žijí příběhy. Začni objevovat