24. First

81.7K 6.3K 693
                                    

Jangan lupa vote komen dulu!!!

....

"Cio ngajak kita tempur besok, pulsek." ucapan Benua membuat ketiga temannya menoleh.

"Halah! Dulu dia juga bilang gitu, tapi mana! Kita datengin ke markas aja pada keok!" kesal Lio

"Tau nih, malah sekarang mereka lebih banyak nyari masalah ke Pedolf, aneh deh gue," timpal Gema

"Gimana, Ga?" Benua bertanya dan mengabaikan ocehan temannya.

"Ladenin," Balas Braga singkat tanpa ada beban.

Gema menghela nafasnya.
"Turunin berapa orang?" Ia mulai membuka ponselnya untuk memberi tahu di grup.

"Semuanya lah!" Lio menjawab dengan cepat, jiwa semangatnya sudah berkoar.

Braga menggeleng.

"Kita ber-empat," ujarnya

"Hah??" Cengo Lio tak percaya.

Bukannya tak mau atau tak berani. Lio tau Braga memang biasa mengajak mereka bertiga untuk melawan musuhnya tanpa bantuan anggota Astercyo yang lain. Namun sekarang berbeda, yang akan mereka hadapi itu Geng Fations. Salah satu musuh terbesar Geng Astercyo. Suatu Geng dengan segala kelicikan dan para anggotanya yang sangat sombong. Mereka perlu kehati-hatian dalam menghadapi geng tersebut. Apalagi sampai sekarang mereka belum mengetahui siapa ketua dibalik geng Fations.

"Cuma ber-empat Ga? yakin?" Gema ikut tak yakin.

"Kalo lo gak mau banyak orang, sekiranya ajak lah tuh trio IBM sama Heksa juga," timpal Benua.

Braga berdiri, mengambil sebuah pigura di meja yang menampilkan deretan para pria berjaket lambang Astercyo, tak hanya angkatan mereka, para alumni pun hadir dalam foto itu, ia mengusap sebuah tulisan berupa tanggal dimana mereka berkumpul. Mendadak ia jadi teringat suatu kejadian tepatnya 3 tahun yang lalu.

Benua, Lio dan Gema saling pandang. Cukup paham dengan apa yang sekarang Braga rasakan. Didalam foto tersebut, terdapat satu orang pria yang sudah lama tidak menemani mereka. Dan sekarang, entah keberadaannya dimana.

Braga menggelengkan kepalanya, menepis semua pikiran yang ada diotaknya. Ia berbalik menatap kegita temannya.

"Besok bolos, gue tunggu di markas." setelah mengucap perintah, Braga keluar.

"Ga? Balapan gak jadi?" teriak Lio memperingatkan.

Braga berhenti tanpa menoleh ia berucap.
"Ada urusan."

Gema mengerutkan keningnya, tak biasanya Braga melupakan kegiatan balap motornya. Ia tak pernah absen dalam kegiatan itu, bahkan setiap ada jadwal balap ia selalu datang tepat waktu dengan pulang membawa kemenangan.

"Tumben, Ga? Lagi badmood?"

"Mau ketemu Resha."

"Cih bucin!" sambar Lio cepat, tak menyangka Braga akan se-bucin itu.

"Kesenangan Braga pindah ke Bu negara sekarang, bukan balapan lagi," ujar Gema dibalas anggukkan setuju Benua.

"Gila sih, bucin banget lo!" timpal Benua.

Braga mendengus dan berlalu tanpa berniat membalas. Persetan dengan bucin, yang ia rasakan sekarang hanya rindu. Di otaknya terus terngiang senyum manis gadisnya itu, dan ia tidak bisa menahan untuk tidak bertemu. Ah ia tidak sabar bertemu Resha dan akan memeluknya sangat erat jika mereka sudah bertemu.

...

Flashback On

"Jadi? Braga yang nolongin kamu?"

Braga (Sudah terbit) Where stories live. Discover now