23. Annoyance

76.2K 6.7K 693
                                    

Jangan lupa vote & komen!
Maaf tadi di unpub, lupa ngasih judul:(

Beli majalah di jembatan mini
Ditengah jalan nemuin cangkir

Gak masalah lo udah punya tambatan hati
Asalkan senyum lo selalu terukir
- Lio si sadboi -

Kamis, 4 juni 2020.

....

"K-kamu?"

Braga menggaruk ujung hidungnya.
"Alay ya?"

Resha tertawa sambil memukul bahu Braga.
"Muka sangar lo gak pantes bilang aku-kamu!"

Braga mendengus dan mengapit hidung Resha. "Ketawa aja terus!"

Resha menepuk tangan Braga yang mengapit hidungnya, Braga langsung melepaskannya sambil tertawa kecil.

"Engap tau!" Ia mengusap hidungnya yang memerah.

Braga tersenyum kecil, Resha sungguh menggemaskan. Ah gadisnya ini, ingin sekali Braga karungin dan kekepin dirumah.

"Burik."

Resha menoleh. Bukan ia merasa Burik, namun ia sudah terbiasa dipanggil seperti itu oleh Braga.

"Bajingan itu gak nyentuh lo kan?"

Resha terdiam. Kenapa harus membahas itu sih?!

"Bisa lo jelasin, awal ceritanya gimana?" pinta Braga.

Resha menghembuskan nafasnya kasar.

Flashback on

"Gan, turunin! Gue mau pulang!" Resha memukul bahu Gana yang sibuk mengendarai motor.

"Diem sayang, bentar lagi nyampe kok," ujar Gana santai.

Resha tiba-tiba memegang kepalanya yang mulai pusing. Pandangannya mulai memburam.

"G-gan, berhenti please. Shh.. S-sakit."

Gana reflek menepikan motornya dan memberhentikan laju motornya. Teman yang tadi mengekor dibelakang turut berhenti. Gana langsung menengok ke belakang, menatap Resha yang memejamkan matanya sambil memegang kepalanya.

"Lo kenapa?"

Resha menggeleng dan turun dari motor. Namun, karena tidak kuat menahan beban tubuhnya, ia merosot ke jalan trotoar. Badannya mulai bergetar. Gana langsung panik, ia menstandar motornya dan turun menghampiri Resha. Ia memegang bahu Resha.

Resha menepis, sambil berdesis.
"Pergi!"

"Gak! Kita ke rumah sakit sekarang!"

Resha menggeleng keras.
"Gue gak perlu ke rumah sakit," lirihnya

"Kenapa?"

"Bos, mending bawa ke kursi disana dulu deh, kasian itu!" ujar salah satu teman Gana.

Gana mengangguk hendak menggendong Resha, namun dengan cepat Resha tepis.
"Pergi!"

"GIMANA GUE MAU PERGI, KALO KEADAAN LO KAYAK GINI HAH?!" murka Gana, nafasnya mulai memburu. Ia tak tenang sekarang.

Resha mencoba mengatur nafasnya, ia menatap Gana sendu.
"Karena keberadaan lo yang bikin gue kayak gini. Jadi gue mohon, Lo pergi. Sebelum gue semakin sakit."

Gana menatap Resha khawatir, sedikit menyesali perbuatannya dulu. Iya, sedikit.

"Bos, bawa balik aja deh. Ajak mainnya nanti lagi aja."

Braga (Sudah terbit) Where stories live. Discover now