Over-

178 37 82
                                    

Source : Pinterest

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

Source : Pinterest

OVER PARENTING MENCEDERAI KEPRIBADIAN ANAK

Kita semua paham, bahwa mengasuh bukan hanya sekedar memberi makan, memberi tempat tinggal yang layak, dan memenuhi kebutuhan lainnya. Namun lebih dari itu, mengasuh harus sepaket dengan mengasihi. Pemberian kasih sayang yang tepat sasaran dan tidak berlebihan.

Dewasa ini, Menjadi 'orang tua terbaik' adalah impian setiap orang di dunia, tapi pada akhirnya, kebanyakan dari mereka hanya menjadi orang tua yang 'merasa' terbaik.

Tak sedikit orang tua yang bersikap posesif Terhadap anaknya. Mengatur setiap langkah yang akan ditempuh.

Mulai dari menu makan untuk sarapan, pendidikan, bahkan sampai jodoh pun tidak sedikit orang tua yang mengambil alih keputusan sang anak dengan dalih 'paling tau' yang terbaik buat anaknya'.

Menurut teori individual psychology oleh Alferd Adler, gaya pengasuhan seperti itu disebut dengan Over-coercive Parenting. Dari penamaannya saja sudah jelas bahwa gaya pengasuhan ini adalah gaya pengasuhan yang 'berlebihan'.

Pola pengasuhan. Over-coercive ini salah satu dari banyaknya gaya pengasuhan salah di dunia ini yang peringkat pertama masih diduduki oleh Otoriter parenting tentunya.

Pada pola pengasuhan ini, orang tua terus menerus memberikan arahan atau bahkan perintah pada anaknya dengan sifat 'mutlak'. Dan biasanya diiringi kata 'HARUS'.

Instruksi akan dilakukan orang tua secara konstan atau terus menerus. Overly strich. Kalimat 'kamu harus begini' 'kamu tidak boleh begitu' akan banyak terdengar dari orang tua penganut pola asuh ini. 

Serupa dengan Over-coercive Parenting, terdapat satu pola asuh bernama Helicopters Parenting, sebuah pengembangan dari autoratif parenting dengan dasar teori psikologi oleh Baumrind yang berkembang setelah masa perang dunia.

Pada pola asuh ini, orang tua memilih terlibat secara langsung pada kehidupan anaknya. Kasih sayang orang tua akan muncul ketika anak memenuhi ekspektasinya. Namun ketika di tengah jalan sang anak terlihat seperti kesulitan dalam menuju pencapaiannya, orang tua penganut pola asuh ini, tak segan untuk campur tangan berupaya memuluskan perjalanan anaknya.

Helicopter parenting yang mempunyai nama lain sebagai over parenting ini, sebenarnya berawal dari niat baik orang tua yang ingin mengawal anaknya dan membersamai langkahnya menuju kesuksesan, namun berakhir menjadi  berlebihan, karena Tuntutan dan pemikiran bahwa anak tidak boleh merasa sakit, sedih ataupun kecewa.

Kalau kalian pernah nonton film NKCTHI, yang dibintangi mantan pacar (imajiner) saya, Rio Dewanto, maka kalian akan disuguhkan dengan contoh gaya parenting helicopters dan Over-coercive secara langsung, kalian akan disuguhkan contoh secara visual bagaimana seorang ayah yang memberlakukan keputusan mutlak pada setiap sabdanya. Penuh perintah dan larangan.

Angkasa, si sulung yang mendapat beban berat berlebihan karena harus menomorsatukan sang adik diatas kehidupan pribadinya adalah salah satu contoh dari Over-coercive Parenting.

Aurora si anak tengah yang membangkang dengan caranya sendiri adalah contoh akibat dari pola asuh Over-coercive namun dengan respon yang berbeda dengan si sulung.

Dan Awan, si bungsu hasil dari penerapan helicopters parenting yang tumbuh menjadi pribadi yang kurang kompetitif dan jauh dari kemandirian.

Tiga contoh diatas menyadarkan bahwa pola asuh yang digunakan orang tua akan secara langsung berdampak pada kehidupan anak-anak bahkan sampai mereka telah dewasa.

Respon anak pada kedua pola pengasuhan tersebut akan sama, yakni,

1. Submisif. Anak menjadi pribadi yang patuh, menuruti semua titah orang tua, cenderung penakut.

2. Rebel. Anak cenderung menjadi pribadi yang membangkang baik secara verbal maupun aksi. Selain memicu pertengkaran' dan perdebatan tak berujung di dalam keluarga, bisa jadi sang anak lebih memilih kabur-kaburan, enggan bersama keluarga.

3. Passive-resistance. Memendam, mengabaikan dan memilih berontak secara licik. Membuat rencana dalam otak, dengan alis yang naik sebelah, senyum miring disertai wajah yang zoom-in dan zoom-out persis seperti salah satu adegan di FTV azab favorit emak.

Pola asuh orang tua dan respon anaklah yang akhirnya membentuk kepribadian sang anak hingga dewasa. Richard Ryan dan Edward Deci, Professor pencetus teori self-determination pada tahun 2018 mengungkapkan tiga kebutuhan psikologis dasar yang memengaruhi kebahagiaan dan motivasi seseorang dalam hidupnya, yakni hubungan sosial, keberhasilan serta kemandirian. Dan kedua pola asuh diatas jelas sangat tidak memenuhi kebutuhan psikologi dasar tersebut.

Kedua pola asuh diatas sekilas akan terlihat sebagai pola asuh ideal yang baik dari kaca mata orang tua. Tapi berdampak sebaliknya untuk sang anak dikemudian hari.

Jika sudah terlanjur menerapkan pola asuh Over-coercive atau helicopters parenting ini, maka ada baiknya kita hentikan segera dan mulai sadari bahwa setiap anak mempunyai kemampuan berbeda. Biarkan anak mencoba sendiri memecahkan masalahnya, orang tua hanya bertugas untuk memantau. Biarkan anak mengalami kegagalan yang kelak akan menjadi sumber kekuatan dan kedewasaan untuknya.

Kuncinya adalah satu, komunikasi. Jika kebijakan orang tua dirasa kurang baik, maka bicarakan, diskusikan, utarakan keinginanmu dengan santun. Biasakan meluangkan waktu untuk saling berbicara tentang apa yang dirasakan dan apa yang akan dilakukan.

Kita bisa belajar dari Skandinavia, negara yang di klaim sebagai negara dengan pola asuh terbaik, sejak kecil anak diajak berdiskusi tentang apa yang mereka inginkan. Diberi izin untuk mengeksplorasi apa yang mereka mau.

Selain andil pemerintah dalam hal perekonomian keluarga, di Skandinavia, para orang tua membebaskan anaknya memilih kegiatan yang akan mereka ikuti. Dari bermain dengan alam hingga Messy play yang membuat berantakan, seperti bermain lumpur atau cat warna-warni.

Kita tidak bisa memilih orang tua seperti apa yang akan mengurus kita, tapi kita bisa memutuskan akan menjadi orang tua macam apa untuk anak kita.

Pilihan ada di tangan para orang tua.


Pustaka acuan :

1. https://www.universitaspsikologi.com/2018/05/teori-psikologi-individual.html?m=1

2. https://id.theasianparent.com/berbagai-istilah-pola-asuh-anak-dan-parenting

3. https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/dien-nurdini/mengenal-helicopter-parenting-dalam-film-nkcthi-apa-efeknya-1sc4DOE8m0f

4. https://schoolofparenting.id/setiap-keluarga-punya-rahasia-ulasan-film-nkcthi/

5. https://mojok.co/terminal/gaya-pengasuhan-orang-tua-punya-pengaruh-ke-kepribadian-kita/

6. https://www.parenting.co.id/usia-sekolah/belajar-5-hal-ini-dari-skandinavia-negara-dengan-pola-asuh-terbaik

KOMPOSISI UNTUK SEBUAH KISAHUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum