Everything Has Changed

4.2K 296 56
                                    

☆ Author POV

"Duh gak nyangka bakal kejebak macet gini, padahal udah pergi lebih awal tadi."

Sudah setengah jam mobil Renata terjebak macet. Dia memang sengaja membawa mobil sendiri karena sudah memprediksikan akan pulang larut malam dan Gilang tidak memperbolehkannya naik transportasi umum jika sudah malam. Katanya mending minta jemput dia aja.

"Ya Tuhan ada kecelakaan! Pantes aja macet," ucapnya setelah mobilnya dapat keluar dari kemacetan.

Renata memacu mobilnya dengan sedikit cepat karena tidak ingin papanya malah memarahinya. Sehingga akhirnya dia sampai juga pada tempat tujuannya malam ini meskipun telat hampir lima belas menit.

Setelah keluar dari mobilnya yang telah terparkir dengan cantik, Renata berkaca terlebih dahulu untuk merapikan poninya dan juga dress yang dipakainya.

"Huft tenang Nat, You'll be fine."

Dengan anggun Renata berjalan memasuki cafe di hotel itu dan mulai mencari meja dimana keluarganya sudah menunggu.

"Tuh kan! Aku bilang juga kakak pasti dateng."

Renata yang kenal dengan suara anak kecil itu menoleh ke arah suara itu berasal. Tak sengaja pandangan matanya menangkap sosok yang mirip dengan Leona tapi dia mengabaikannya.

"Malem pa, bun, maaf Rena telat tadi kejebak macet," ucap Renata sebelum mencium pipi kedua orangtuanya dan juga pipi adiknya.

"Iya, gak apa-apa sayang. Gimana kabar kamu?" Tanya bundanya setelah Renata duduk di samping adiknya, terukir senyum kerinduan pada Renata di wajahnya.

"Kabar Rena baik bun."

"Syukurlah kalau begitu. Ya sudah kita mulai makannya yuk, bunda udah pesenin makanan kesukaan kamu tadi."

"Iya, makasih bun."

Mereka makan dengan khidmat sambil mendengarkan celoteh yang terus dikeluarkan oleh si bungsu yang memang cerewet.

Di tengah suasana itu ponsel papanya berdering. "Papa jawab telepon dulu," ucapnya singkat sambil beranjak dari tempatnya.

"Huft." Renata menghela nafas lega setelah papanya menjauh dari meja mereka.

"Kamu kenapa sayang?"

"Gak apa-apa bun, aku cuma gugup aja."

"Maafin papa kamu ya sayang."

"Iya bun, Rena ngerti kok gimana sikap papa."

"Oh iya kak, happy birthday!" Sela adiknya mencoba mengalihkan pembicaraan yang cukup sensitif bagi kakaknya itu.

"Ehh, hari ini emang kakak ulang tahun ya?"

"Astaga kakak lupa sama tanggal lahir kakak sendiri?!" Ucap adiknya sambil menepuk jidat.

"Kebiasaan deh, pasti kamu sibuk belajar terus nih!" Sahut bundanya.

"Iya bun, hehe."

"Jangan kebanyakan belajar sayang, kamu gak perlu maksain diri kamu sendiri. Sini sini bunda mau peluk lagi, masih kangen."

Can I ? [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang