Penasaran, bukan kepo!

2.2K 228 88
                                    

☆ Renata

Bipbip bipbip..

Aku segera mematikan suara alarm di ponselku agar Leona tidak terbangun. Dia baru saja tertidur setengah jam yang lalu jadi aku tidak ingin mengusik wajah lelapnya yang terlihat begitu damai. Sedangkan aku sama sekali tidak mengantuk lagi setelah mendengar kisah hidup Leona tadi.

Ucapan Leona tadi juga masih saja berlarian di kepalaku.

"Ren, kamu mau kan janji sama aku? Janji kalo kamu akan terus nurut sama papa kamu, aku gak mau kamu sampe ngalamin hal kayak aku."

Tanpa pikir panjang aku meng-iyakan ucapannya tadi. Dan entah kenapa sekarang aku merasa sedikit menyesal menyanggupi permintaannya itu. Aku takut papa tau perihal hubunganku dengan Leona lalu memisahkan kami. Aku masih belum siap jika hal itu benar-benar terjadi.

Huft, sudahlah, lebih baik aku bersiap-siap dan sebaiknya nanti aku telepon pak Mario saja, meminta ijin untuk Leona agar tidak masuk sekolah hari ini.

Setelah selesai bersiap, aku kembali menghampiri Leona yang masih begitu pulas. Aku mencium keningnya dengan pelan agar kekasihku ini tidak terusik.

Sebelum keluar kamar aku menempelkan sticky note terlebih dahulu di pintu kamarku agar Leona membaca pesanku ketika dia akan keluar kamar. Aku menatap Leona sebentar sebelum menutup pintu kamarku.

Huft, kalo aja ini hari libur. Aku ingin terus menemaninya tapi mau bagaimana lagi? Lebih baik aku segera turun agar tak membuat Dira menunggu lama.

"Pagi," sapaku saat membuka pintu penumpang di mobil Nadira.

"Eh pagi Nat. Yang udah dulu ya, Nata-nya udah dateng nih. Kamu tidur yang nyenyak ya, love you. Muah."

Wah wah. Ternyata Dira lagi video call-an sama Nico.

"Gila ya lo, jam segini udah vidcall-an aja. Gak kasian sama Nico?" tanyaku sambil terkekeh, abisnya di tempat Nico kan udah tengah malem.

"Bilang aja lo sirik pengen vc juga," ucap Dira ikut terekeh juga.

"Ish ngapain coba gue sirik-sirik? Kalo kangen juga tinggal ajak ketemuan, gak usah nyebrang-nyebrang, haha," ucapanku membuat Dira cemberut.

"Iya-in. Tang mentang deket. Lagian nih ya, tadi tuh Nico duluan yang nelpon dan gue sebagai pejuang LDR gak mau nyia-nyiain kesempatan kayak gitu." Harus banget ya bilang ldr-nya keras-keras?

"Iya-in."

"Nata ish!"

"Awh sakit," rengekku karena Dira menjawil pipiku.

"Lebay ihh padahal gak kenceng juga."

"Ya tapikan ntar pipi gue jadi tambah chubby kalo di jawil terus."

"Hehehe biarin, biar nambah kissable tu pipi. Gue jamin deh, Leona pasti makin gemes pengen cium terus."

Kenapa harus nyebut nama Leona sih? Kan jadi kangen.

"Nat, kok diem aja sih? Lo marah ya sama gue? Maafin gue ya."

"Gue gak marah kok Dir. Gue cuma jadi keinget Leona."

"Yaelah, gue kira lo marah sama gue. Ya udah sih ntar juga ketemu di kelas."

"Hari ini dia gak masuk."

"Ada apa emang sampe dia gak masuk?"

"Anaknya masih tidur, gue gak tega bangunin. Dia baru tidur jam setengah lima."

"Detil banget. Emang dia laporan sama lo? Sampe lo hafal bener kalo dia baru tidur subuh." Dira geleng-geleng kepala mendengar penjelasanku.

"Jelas gue taulah, kita kan tidur bareng."

Can I ? [Slow Update]Where stories live. Discover now