DUA

412 47 7
                                    

Happy Reading!

Pagi itu, gadis dengan cepolan rambut tinggi serta stelan rumahan biasa, duduk di kursi kayu teras rumahnya.

Mata Sita bergerak-gerak seiring dengan barisan kalimat yang ia baca di buku tebal di pangkuannya. Sita memang bukan gadis yang pandai dalam hal akademik, tapi tidak menghambatnya untuk tidak membaca buku. Ya walau hanya komik atau novel saja yang perempuan itu baca.

Kemarin saat acara makan malam, Bagas menyampaikan bahwa dirinya dan Andini akan mulai bersekolah besok, dan pastinya sekolah di SMA elit di ibu kota.

Sebenarnya, Sita berkeinginan sekolah kejuruan tapi tak diperbolehkan Bagas, katanya. "Kalo kejuruan nanti gak kuliah dong. Kamu kan otaknya dangkal, jadi harus lanjut kuliah"

Padahal sekolah di kejuruan atau tidak, urusan kuliah pasti ia lakukan.

"Heh ngelamun aja."

Sita menghentikkan aksi membacanya. Kepala gadis itu menoleh pada Bagas yang membawa dua cangkir dan duduk di kursi sebelahnya.

"Buat Sita?" Tanya Sita memastikkan lalu Abangnya itu mengangguk. "Tumben baik." Ujarnya.

"Emang kapan Abang jahat?" Pria yang mengenakan kaos oblong hitam itu mulai menyeruput kopi yang masih mengepulkan asap putih.

Sita nyengir, ikut menyeruput kopi miliknya.

"Dini dimana?" Karna tak mendaptkan keberadaan adik bungsunya, Bagas bertanya.

Bahu Sita terangkat acuh, fokusnya kembali pada bacaan buku. "Nontonin oppa."

Bagas tampak tidak mengerti. Kalimat Sita yang terlalu ambigu atau dirinya yang tidak cepat tanggap?

"Maksudnya lagi nonton drama korea. Disanakan banyak oppa-oppa." Lanjut Sita menjelaskan.

Abangnya itu hanya ber-oh saja, kembali menyeruput kopi yang tersisa sedikit.

"Bang?" Sita memanggil, kali ini gadis itu memiringkan badannya agar lebih leluasa bercakap pada kakaknya itu.

Bagas ikut memandang Sita. "Kenapa?"

Pandangan Sita teralih bukan lagi menatap Bagas. Melirik menggunakan ekor matanya pada bangunan yang berada di sebrang rumahnya. "Itu tempat apa?"

Setelah mendapatkan apa yang Adiknya itu perhatikan, ia mengangguk. "Lapangan futsal."

"Lapangan futsal?" Beo Sita. "Punya siapa?" Lanjutnya bertanya.

"Kalo Abang bilang, kamu jangan kaget ya, apalagi jantungan."

Bola mata Sita memutar malas, Abangnya ini selalu saja membuatnya penasaran. "Ck. Gamau bilang ya udah."

Sita merajuk, memalingkan wajah dari Bagas.

Bagas terkekeh, mengacak puncak kepala adiknya itu. Sepertinya dia gemas. "Itu punya Abang." Jawabnya santai.

Mata Sita membola kompak dengan mulutnya yang ikut mangap. Dia terkejut, tidak menyangka bahwa kakaknya mampu membangun lapangan seluas itu.

Tapi, Sita nampaknya belum sepenuhnya percaya.

"Jangan ngibul, bang. Sita tau Abang emang pengen bangun lapangan futsal. Tapi jangan ngaku-ngaku juga." Sita berujar dengan nada mengejek, apalagi saat kata terakhirnya itu. Sangat menjengkelkan.

"Ya udah kalo gak percaya."

"Jadi, serius punya Abang?"

Lagi-lagi Bagas mengangguk, dan lagi-lagi raut terkejut Sita tunjukkan.

"Nanti kamu 'ya yang jaga warung." Ujarnya.

"Warung siapa, bang?"

"Ya warung Abang. Kan sekalian buka warung buat yang main juga. Lumayan lah buat jajan."

Sita tampak menimbang, meletakkan jari telunjuk di dagu, layak seperti sedang berfikir. "Tapi 'kan aku sekolah."

"Ya jaganya malem aja."

"Biasanya buka sampe jam berapa?"

"Tergantung ada apa nggaknya yang mau maen sih. Kalo dari sore rentalnya sepi, ya abang tutup sorean juga."

"Kalo gitu, okelah bisa diatur." Sita akhirnya memutuskan. "Tapi aku dapet berapa dulu?"

"Duit mulu yang di fikirin."

"Ya bodo, dari pada Abang mikirin mantan yang udah punya anak."

Bagas mendelik mendengar kalimat ejekkan yang terlontar dari mulut Sita. Adiknya itu memang bermulut pedas.

Dan sedang asik-asiknya berbincang tentang bisnis yang Bagas kelola, tiba-tiba suara derap kaki yang terdengar cepat membuat kakak ber-adik itu menolehkan kepala pada sumber suara.

Disana terdapat wanita sebaya dengan Sita tersenyum sangat lebar. Kedua tangannya merentang bebas.

Sita serta Bagas sama-sama menutup telinga menggunakan telapak tangannya. Karna sadar suara yang mampu memekakkan telinga akan berkoar.

"Aaaaaaaa, Sitaaaaaa"

[][][]

Halo, bagaimana perasaan kalian saat baca cerita diatas?

Mohon maaf jika cerita masih garing, maklum pertama nulis. Hehee😆

Btw doain aku yang besok mau lomba pensi supaya sukses ya mentemen😊

Salam sayang, cici.

Selasa, 10 Maret 2020

Singgah [TAMAT]Where stories live. Discover now