Black Coffee And Fresh Milk | BY : DJ PRAST

99 12 105
                                    

Black Coffee And Fresh Milk |BY seed_2nd_story

——

Bel beruntun sebanyak tiga kali itu serupa minuman soda dingin di tengah terik siang hari. Menantinya terasa lebih lama dari apapun.

Ruang kelas yang sebelumnya wajib sunyi, ramai mendadak oleh jerit dalam hati 41 remaja di dalamnya yang meneriakkan, akhirnya.

Setelah semua buku yang tersebar di atas meja, lenyap ke dalam tas, dan ijin itu diberikan, hampir semua murid berhambur keluar.

Kecuali satu murid, dan satu pengajar.

"Abdi, apa kamu tidak ingin pulang?"
Pengajar itu buka suara.
Sambil masih merapikan buku materi yang dia punya.

"Lha, Bu Tasya ini bagaimana. Bukannya Ibu sendiri yang meminta saya tinggal?"
Abdi menjawab enggan.

Pemuda itu juga belum merapikan meja sejak bel pulang tadi. Semua masih dia biarkan berserak seperti toping pizza.

Tasya tahu, anak didiknya ini lagi kesal. Terbukti dari air muka yang keruh, dan asem.

Perempuan itu menggeleng sembari tersenyum di tempatnya. Setelah buku terakhir dirapikan, dia bangkit dari duduk.

Berjalan pelan melintas, sebelum berhenti di dekat meja Abdi.  "Boleh aku duduk?"

"Silakan saja. Sejak awal kursi itu bukan milikku."

Gelapnya seduhan kopi, bersanding dekat dengan rupa putih susu segar. Tasya, masih anggun dalam balutan busana pengajar, walau hari sudah sesiang ini. Dan, Abdi yang memang sudah terlihat berantakan dalam seragam sekolah sejak pagi tadi.

Di luar kelas, kegaduhan sekolah bubaran masih kental terlihat. Menemani senyum manis Tasya, dan wajah asem Abdi.

"Jadi, kamu masih kesal atas hal itu?"
Tasya meletakkan semua barang dalam dekapan ke atas meja, perlahan.
Sedangkan Abdi baru saja mengangkat tas ke atas meja setengah kasar.

"Tentu saja, apa Ibu kira hal itu tidak berat buatku!"

Masih belum melihat Abdi, Tasya menatap hampa papan tulis kosong di depannya. Sebagai wali kelas, cuma siswa di sampingnya ini cukup menarik perhatiannya.

Terus terang saja perasaan perempuan itu campur aduk serupa strawberry smoothies yang masih di blender.

"Jadi, apa maumu sekarang?"

Dengan sedikit sentakan, Abdi membuka tas. Dalamnya kosong, tanpa isi. Memang tiap kali datang ke sekolah, pemuda itu enggan membawa buku banyak-banyak.

"Mintakan saja keringanan hukumanku, tidak lebih."

"Itu tidak bisa aku lakukan."
Dengan tenang, dan tepat, Tasya memotong. Sepertinya pemuda di samping harus diberitahu.

"Apa kamu tidak sadar, tidak hadirmu sebanyak satu bulan trimester ini, cepat, atau lambat akan tersiar ke komite sekolah. Mereka memberi tekanan pada kepala sekolah. Dan, beliau meminta padaku memberimu dua pilihan."

Masih dengan sikap serupa, memandang titik hampa dikedalaman papan tulis.

"Karena aku yakin kamu tidak akan mau jika harus keluar sekolah, makanya aku memilihkan opsi pertama padamu...!"

"Coba saja, kalau mereka berani mengeluarkanku dari sekolah ini. Mereka bakal kehilangan pekerjaan karena sekolah ini akan aku beli dan aku tutup saat itu."

"Percaya, aku sangat percaya kekayaan dan kekuasaan keluargamu. Bagaimanapun juga, kamu adalah seorang pangeran dari Negara kecil kaya minyak. Bisa melakukan apa saja. Bukankah itu yang kamu lakukan padaku. Membayar orang untuk meretas sistem ponselku, lalu dari kamera depan, kamu stalk aku. Iya, kan?"

THE STARS REBORN - Fantastic Kingdoms of Constellation Where stories live. Discover now