Shouldn't Have

1.5K 227 19
                                    

Am I the only one who's burning up?
I mean it but you...

Renjun menyangga dagu dengan tangan kanan. Asyik meniup-niup rambut moccasin miliknya yang mulai panjang, nakal menyelinap keluar dari balik telinga. Manik matanya tajam memperhatikan seorang yang tengah tertawa keras-keras bersama teman-temannya, memilih mengabaikan dirinya yang duduk kebosanan, dan mendapat tatapan –lihat seseorang tengah dicampakkan pacarnya– dari para pengunjung yang datang.

Pemuda itupun sebenarnya bimbang, karena kesal tidaklah tepat untuk perasaannya. Mau dikata benci, dia sangat benci. Mau dikata suka, dia sendiri jujur dengan itu.

Renjun menurunkan tangannya, menyeruput jus jeruk dengan nikmat kala musim panas ini. Sebuah pikiran merayap masuk ke kepalanya, mencoba mengalihkan pemuda itu dari perhatian sekitarnya.

Bagaimana kalau aku jujur saja padanya?

Bagaimana kalau dia memang tak suka padaku?

Bagaimana kalau dia menolakku?

Renjun menggeleng-gelengkan kepalanya. Tangan kanannya kembali bertemu dengan dagunya. Dahinya mengernyit. Matanya masih setia melihat si pemilik suara paling keras di antara kumpulan laki-laki di depan counter minuman sana. Si laki-laki dengan senyum paling lebar yang tengah bercanda dengan si mata paling sipit.

Dia melupakan segalanya. Pikiran Renjun tambah buruk. Siapa yang tak kesal jika seseorang mengajakmu pergi dan melupakannmu begitu saja.

Sebenarnya Renjun tahu, dia sudah terlalu hafal betul segala jenis tingkah lakunya. Apalah daya, dia sendiri yang tersihir oleh iming-iming 'ku antar kamu pulang' dengan tambahan senyuman super, bahkan lebah pun mungkin ingin hinggap di bibirnya.

Pemuda itu tidaklah naif, dia hanya tak bisa mengontrol dirinya. Dimana hati dan pikirannya terkadang tak bisa sinkron menyangkut urusan laki-laki itu, hingga akhirnya membiarkan pikirannya meraung meratapi pilihan hatinya.

Tapi mungkin saja Jaemin juga suka?
Atau kemungkinan terbaiknya dia sedang menunggu waktu yang tepat?

Lagi-lagi Renjun menggelengkan kepalanya, mengenyahkan pikiran yang baginya agak mustahil. Walaupun ada sedikit rona merah di wajahnya omong-omong.

Waktu terus berjalan dan Renjun benci itu. Itu mengingatkan akan penantian –yang mungkin sia-sia– miliknya. Kebencian tiba-tiba menyeruak memasukinya.

Jaemin seharusnya tidak datang ke kehidupan damai pemuda itu. Laki-laki itu seharusnya tidak tersenyum begitu manis padanya. Dia seharusnya tidak menggandeng tangan halusnya. Dia seharusnya tidak memeluk pemuda manis itu.

Jaemin seharusnya tidak memberi harapan jika itu hanya palsu pada Renjun.

Renjun merasa sesak. Dia hanya ingin pulang dan menenggelamkan dirinya di kasur. Berharap ketika bangun akan melupakan segalanya. Berharap tidak akan bertemu Na Jaemin lagi.

Berharap hatinya tenang.

Seseorang diantara kumpulan laki-laki itu melihat Renjun yang tertelungkup –patah hati– di meja kedai. Memberi kode pada Jaemin.

"Tidak kasihan pada pacarmu? Dari tadi dia menunggu sendirian di sana," Sembari mengedikkan dagunya menjurus ke Renjun.

Jaemin menoleh, tersenyum kecil.

"Baiklah. Aku pulang sekarang, tapi dia bukan pacarku omong-omong. Sampai jumpa besok!" Pun mengedipkan matanya penuh arti pada keempat temannya.

Renjun bukannya tertidur. Dia mendengar semuanya. Pemuda itu serasa ingin menangis sekarang, bahkan sudah merasa matanya memanas efek mendengar perkataan Jaemin. Dadanya sesak, kata-kata makian tertahan di tenggorokannya. Dia diam saja sampai mendengar langkah kaki khas Jaemin mendekatinya.

"Hey, bangun putri tidur! Ayo pulang."

Pemuda yang dipanggilnya bangkit dengan rambut acak-acakan. Jaemin terkekeh dan tangannya terampil memperbaiki tatanan rambut Renjun, yang bahkan masih sibuk mengumpat dalam hati, kendati sekarang tengah membeku tanpa sanggup berkata.

"Maaf membuatmu menunggu lama. Kamu pasti mati kebosanan, mau kutraktir es krim?"
Disertai senyuman super andalannya.

Renjun menelan salivanya, tak sanggup berkutik.

Kepalanya lantas tanpa diperintah mengangguk seraya menahan napas seakan sirkulasi udara sekitarnya memburuk. Merutuk dalam hati akan reflek tubuhnya sendiri. Dasar payah.

Then you shouldn't have walked me home that night
You shouldn't have hugged me
Those words you said that made my heart flutter all night- you shouldn't have said them
I didn't know it would be like this

End.


Song: Shouldn't Have by Baek Ayeon

From Paradise Lost ✧ Jaemren | RenminWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu