Nowadays you're still my paradise

1.3K 178 18
                                    

Jaemin suka seseorang.

Matanya suka mengerjap lucu. Lesung pipinya suka sembarang muncul saat dia tersenyum. Sayang sekali gigi kecil yang senang mengintip itu sekarang tiada. Tertawanya kadang keras sekali kentara bahagia. Tangan kurusnya benar-benar pandai menggoreskan apapun di kanvas. Kecintaannya hanya kartun kuda nil gendut warna putih.

Mereka bertemu waktu sama-sama menginjak tahun kedua di kampus. Jaemin sedang jelek-jeleknya, rambutnya lepek, tangannya meremat gulungan kertas putih berisi petunjuk teknis dan rundown acara. Dahinya mengerut dalam, kakinya mengetuk-ngetuk lantai tak sabaran, matanya melirik pintu kentara menunggu seseorang—atau lebih datang.

Tiba-tiba Donghyuck menubruknya sambil terengah, "Jaemin! Mereka sudah di sini, masuk lewat pintu selatan. Mark hyung bilang padaku kalau dia nyetir seperti orang gila. Wah, keren juga nyalinya tapi untung tidak ada kemacetan, sih."

Jaemin hanya mendengus lalu cepat-cepat menghubungi rekannya yang ada di bagian panggung, memastikan kalau jalannya acara tak molor lebih banyak dari yang mereka bayangkan. Kesal sedikit; sedikit banyak tepatnya. Jaemin berdecak pelan sambil melangkahkan kaki keluar dari belakang panggung, menuju pusat gempita konser tahunan yang diadakan kampusnya itu. Donghyuck berjengit melihat ekspresi Jaemin yang jarang ditunjukkan selama dia kenal pemuda itu dua tahun belakangan. Asal Donghyuck tahu saja, Jaemin juga bisa merasa marah walau rambut merah mudanya cenderung mencerminkan karakter sebaliknya.

Hembusan napas keras-keras Jaemin mengiringi langkah mereka berdua, Donghyuck berdehem sejenak, "Sudahlah, Na. Sekarang yang paling penting kita tidak akan bertemu skenario paling buruk yaitu dibubarkan polisi karena melebihi waktu yang diizinkan. Band sebelum Zero Mile juga setuju memotong jatah durasi mereka, kebetulan ada urusan mendadak katanya."

"Aku tahu, untungnya begitu. Hanya saja bukankah ini sedikit tidak profesional? Kita sudah menjemput mereka tepat waktu. Jangan mentang-mentang sedang naik daun jadi seenaknya, dong. Tim acara sudah hampir botak menyusun rundown sejak minggu-minggu lalu."

Mereka berdua sudah sampai di sisi paling kiri penonton. Menghadap panggung besar dengan kerlap-kerlip lampu yang kadang menusuk mata.

"Aku yakin mereka punya penjelasan sendiri. Sudah hampir penghujung konser, lemaskan sedikit bahumu," Donghyuck menepuk bahu kiri Jaemin sebelum melenggang pergi mengawasi bagian lainnya.

Donghyuck itu wakil ketua pelaksana, Jaemin mengagumi mentalnya yang tidak meledak-ledak karena sungguh! Donghyuck itu orangnya meledak-ledak! Lebih-lebih kalau menantang main game. Jaemin sedikit nelangsa waktu merenungi sikap dirinya yang berbanding terbalik.

Pemuda itu baru selesai menggores sedikit catatan di kertas yang sedari tadi dibawa, hendak menjangkau protofon di saku kemeja untuk memberi rekan-rekannya instruksi. Sebuah minuman isotonik terjulur di depan wajah Jaemin.

"Aku mengambilnya dari jatah panitia. Mukamu kusut sekali. Aku mendengar dari Jisung— anak acara juga, turut prihatin dengan kemungkinan konser kita dibubarkan paksa polisi."

Jaemin menelisik tanda pengenal lawan bicaranya. Huang Renjun dari divisi dokumentasi. Lalu menjemput botol minuman yang ditawarkan dan meneguknya sesuka hati.

Zero Mile sudah naik panggung. Anggotanya sibuk menyetel instrumen meskipun tidak lama, lantas dengan aba-aba memainkan melodi yang hampir dikenal seluruh orang di tempat itu.

"Terima kasih untuk minuman dan ucapan belasungkawamu, Renjun? Apa aku melafalkan namamu dengan benar?"

Renjun mengangguk. Aksennya benar-benar jelek tetapi dia tidak akan mengungkapkannya. Manik matanya berkilau memandang penampilan Zero Mile yang memesona.

From Paradise Lost ✧ Jaemren | RenminWhere stories live. Discover now