Chapter 9

5.4K 499 28
                                    

Saat ini kakak beradik ini sedang berada di ruang tamu. Jangan tanya kemana penghuni yang lain, karena Tuan dan Nyonya Kim sedang mempunyai urusan masing-masing, yang ada hanya beberapa maid dan pengawal. Taehyung melirik ke samping di mana sang adik sedang fokus pada ponselnya, sesekali terkikik saat sebuah notifikasi muncul pada ponsel yang di genggamnya. Aneh, itu lah pikir Taehyung, apa mungkin adiknya ini sedang berbalas pesan dengan kekasihnya? Tapi setahu Taehyung, Bambam tak memiliki seorang kekasih.

"Dasar gila". Desisnya pelan, tapi masih dapat di dengar oleh Bambam. Melirik tajam pada Taehyung lalu berdecih.

"Siapa yang kau maksud gila hyung? Jika kau lupa hanya ada kita berdua  sini". Ucapnya sinis dan kembali fokus pada ponselnya. Taehyung menatap tak suka pada Bambam.

"Tanyakan saja apa yang ingin kau tanyakan hyung, tak usah menatapku seperti itu, kau membuatku risih". Sarkasnya. Taehyung menaikan satu alisnya, paham betul sang adik ini tentang apa yang sedang menggangu pikirannya.

"Jangan sok tahu, memangnya apa yang perlu ku tanyakan pada bocah ingusan sepertimu". Elaknya karena gengsi, tapi tak mungkin kan dia tiba-tiba bertanya bisa jadi nanti sang adik curiga. Bambam yang mendengar jawaban Taehyung hanya menghendikkan bahunya.

"Kelinci tonggos, kau membuatku penasaran". Batin Taehyung geram.

.
.

Jungkook menghampiri Nyonya Jeon yang sedang menonton televisi, mendudukan dirinya di samping sang eomma, lalu berdehem supaya sang eomma menyadari keberadaannya. Nyonya Jeon menoleh dan tersenyum saat mendapati putera bungsunya sedang menatapnya.

"Ada apa sayang?". Jungkook mengigit bibir bawahnya gugup saat sang eomma mulai bertanya.

"Eomma, apakah aku boleh keluar sebentar? Aku ada janji dengan Bambam". Jungkook menunduk saat berbicara, dia takut sang eomma melarangnya. Nyonya Jeon tersenyum saat melihat Jungkook menundukkan kepalanya.

"Hem pergilah, tapi kau hati-hati ne? Biarkan supir mengantarmu, dan jangan terlalu terlalu malam sayang, arra?". Jungkook mengangguk mengiyakan nasihat Nyonya Jeon. Tadi saat bangun tidur siang, tiba-tiba saja Bambam mengiriminya pesan dan mengajaknya untuk ke sebuah cafe. Jungkook langsung saja menyetujuinya, apalagi dia bosan jika terus berdiam di rumah. Setelah mengecup pipi sang eomma, Jungkook lantas berpamitan dan meminta supir keluarga Jeon untuk mengantarnya.

.
.

Bambam melirik ke arah jam tangan yang melingkar apik di pergelangan tangannya. Sudah 30 menit dia menunggu, tapi tak ada tanda-tanda orang yang di tunggu menampakkan batang hidungnya. Helaan nafas kasar dia lakukan berkali-kali. Terlalu bosan hingga tak menyadari kedatangan seseorang di belakangnya. Tepukan pada pundaknya membuatnya terlonjak kaget, dan memandang tajam seseorang yang menjadi pelakunya.

"Hehehe Mianhe, kau pasti menunggu lama. Tadi saat di jalan aku lupa membawa dompetku, akhirnya aku mengambilnya". Ucap Jungkook saat mendudukkan dirinya, Bambam hanya berdehem terlalu hafal dengan kebiasaan sahabatnya yang selalu meninggalkan dompetnya.

"Ada apa kau mengajakku kemari?". Tanya Jungkook saat sudah memesan sebuah makan dan minuman. Bambam menatap sendu ke arah Jungkook, sedangkan Jungkook hanya memandangnya bingung.

"Aku bosan di rumah, apalagi Tae-hyung selalu membuatku kesal. Jadi aku mengajakmu kemari, ku rasa kau juga bosan kan?". Jungkook mengangguk membenarkan ucapan Bambam. Suara dering ponsel membuat keduanya saling berpandangan.

"Itu suara ponselmu Bamie". Ucap Jungkook menatap datar Bambam, sedangkan Bambam hanya menyengir tak berdosa.

"Ne ada apa eomma?". Tanyanya saat sudah menerima panggilan itu.

Please Remember Me Hyung [Vkook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang