38.

1.2K 79 2
                                    

"Sisi !"
Dika memanggilku. Dia tiba-tiba sudah ada di depan rumahku. Aku memang sudah pergi dari rumah Dika. Semalam begitu pulang dari rumah sakit aku mengemasi semua barangku dan kembali pulang ke rumah. Sebenarnya malas untuk harus ketemu mama lagi, tapi aku tidak ada tujuan lain.
"Sisi, maafin aku ya?"
"Untuk apa ?"
"Aku udah ninggalin kamu kemarin."
"Tere lebih butuh kamu."
"Aku cariin kamu dirumah, kamu ga ada. Aku telpon kamu juga ga bisa. Kenapa ?"
"Maaf aku ga pamit. Aku putusin buat pulang kembali ke rumah. Terimakasih ya Dika udah mau nampung aku kemarin. Maaf udah ngrepotin kamu."
"Kenapa? Aku seneng bisa sama-sama kamu. Dan aku ga ngerasa direpotin."
"Dika, lebih baik kamu pergi. Tere sedang sakit."
"Sisi. Aku mau bicara sesuatu sama kamu."
"Apa?"
"Aku harus bilang dan aku butuh jawaban kamu sebelum aku harus melangkah."
"Maksudnya ?"
"Aku suka sama kamu."
Aku menutup mulutku menggunakan kedua tanganku. Seolah membenarkan apa yang Ken katakan tadi malam. Aku tidak menyangka jika Dika bisa suka sama aku.
"Maaf. Aku tau aku salah. Tidak seharusnya aku suka sama kamu. Tapi aku gabisa bohong sama perasaanku sendiri." Lanjut Dika.
"Aku tidak berniat untuk merusak kamu. Aku seneng kalau kamu mau jalan sama aku. Kalaupun tidak, plis jangan benci aku."
Dika meraih tanganku. "Aku suka kamu sedari awal kita ketemu. Aku bingung gimana cara menyembunyikan perasaanku, makanya aku selalu bersikap ketus sama kamu."
Jujur aku merasa bahagia dengan kejujuran Dika. Entah kenapa aku merasa sesenang ini mendengar Dika bilang suka sama aku. Tapi sekelebat bayangan perlakuan Dika kepada Tere tadi malam membuat perasaan bahagiaku menjadi rasa sakit yang luar biasa.
"Aku ga suka kamu deket sama Ken karena jujur aku sedikit cemburu meski aku tau Ken juga tidak akan menyukaimu. Tapi entahlah aku merasa takut."
Hening.
"Awalnya aku mau menyimpan rasa ini. Deket sama kamu sebagai temen aja aku udah seneng. Tapi setelah kamu tau aku belok dan kamu masih mau deket sama aku, aku merasa perasaanku tambah ke kamu."
"Tere ?"
"Tere hanya bagian dari masalaluku. Aku sama sekali tidak punya perasaan untuk dia."
"Bohong!"
"Aku serius. Aku ga ada apa-apa sama Tere. Dia udah kuanggap seperti kakaku sendiri."
"Kakak tapi mesra ?"
"Sisi aku ... "
"Dika dengerin aku baik-baik."
Kutarik nafas panjag.
"Aku ga pernah suka sama kamu. Aku cuma nganggap kamu ga lebih dari seorang teman. Aku ga perduli seperti apa hubungan kamu dengan Tere. Jangan pernah salah artikan kebaikan aku ke kamu. Jangan GR. Jangan berlebihan. Aku malah seneng kalau kamu ga ada, setidaknya Keira juga ga harus suka sama kamu. Sadar ga sih kehadiran kamu cuma ngerusak kita semua ? Dan sekarang kamu mau ngrusak aku biar jadi sama kaya kaum kalian ? Gak akan bisa Dika. Sekarang lebih baik kamu pergi. Aku ga mau lihat muka kamu lagi."

girl friend (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang