51.

1.3K 79 1
                                    

"Dika, aku boleh tanya?"
"Tanya apa?"
"Kenapa sih suka sama aku?"
Dika diam. Dia nampak seperti sedang berfikir.
"Cantik. Kamu cantik." Sambil tiba-tiba menatapku.
"Eh !" Aku kaget. "Aku serius Dika."
"Aku juga serius."
"Itu jawaban relatif. Cantikan juga Keira. Dia loh mayoret, cantik banget. Yang ngidolain juga banyak."
"Kan mereka, bukan aku. Cantik buatku itu ya kaya kamu." Kata Dika sambil mencubit kecil hidungku.
Aku tersenyum. Malu. Aku menunduk menyembunyikan wajah merahku.
"Tadinya aku ga pengen bikin kamu belok, aku gamau bikin kamu jadi rusak kaya aku, masa depanmu masih panjang. Kasian kalau jadi suram gara-gara aku."
"Trus ? Kenapa sekarang suka sama aku?"
"Ya karena kamu juga suka sama aku. Makanya aku akhirnya nembak kamu."
"Kata siapa aku suka sama kamu? GR banget sih!"
"Hati aku yang bilang. Hati aku ga pernah salah kalau nebak-nebak sesuatu."
"Halahhh ..... Gombalmu Dik!"
"Hahahaha ..... Ga percaya nih orang."
"Jawab dulu ih pertanyaanku."
"Aku gatau. Serius. Aku tu orangnya gampang suka sama orang. Tapi kalau statusnya pas lagi sendiri. Kalau punya pacar ya setia."
"Prett !"
"Ga percaya ? Makanya dibuktikan."
"Apa sih Dika ?"
"Waktu masuk kelas pas aku jalan menuju meja kamu aku tu ngerasa grogi."
"Kenapa?"
"Karena kamu cantik."
"Dika aku serius!"
"Aku juga serius. Aku ga bisa atur perasaanku. Buatku kamu beda aja. Makanya pas awal kita kenal aku ketus sama kamu. Karena itu satu-satunya cara menyembunyikan perasaanku ke kamu."
Aku memperhatikan dengan seksama penjelasan dari Dika. Sambil memutar memori dari setiap cerita Dika.
"Jujur aku kaget waktu kamu bisa kenal sama Ken. Aku cemburu. Karena aku gabisa deket sama kamu, tapi kamu malah bisa deket sama Ken." Lanjutnya.
"Dan aku atur sendiri perasaanku gimana caranya biar kamu gatau latar belakang aku. Meskipun pada akhirnya Ken yang cerita ke kamu kalau aku belok." Dika menunduk. Dia mengambil rokok dan mulai menyulutnya.
"Ini pertama kalinya aku suka sama cewek lurus. Rada-rada takut juga sih."
"Emang sebelumnya belum pernah ?"
"Belum. Pertama pacaran sama feme anak Bali."
"Jauh amat?"
"Kenal lewat chatting. Belum pernah ketemu juga. Pacaran lewat dunia maya. Cuma 3 bulan. Hehe"
"Kenapa putus ?"
"Dia selingkuh. Sama yang real disana. Yaudah mau gimana lagi coba."
"Tere ?"
"Tere pacar pertama real. Dan lama pacaran sama dia. Coba kalau dia dulu nurut sama aku, mungkin kita ga akan putus."
"Kenapa kemarin ga ngasih kesempatan kedua sama Tere ? Siapa tau dia bisa berubah jadi kaya yang kamu mau?"
"Enggaklah. Aku ga suka. Dikasih peringatan lebih dari 3 kali itu udah cukup, jadi gaperlu harus dikasih kesempatan kedua lagi."
"Kamu cemburu sama Ken?"
"Dulu iya. Mereka deket. Iya aku tau cuma sahabat. Tapi aku ga suka. Intinya tu kalau orang lurus udah punya cowok ya sama cowoknya aja, ga perlulah sama cowok lain curhatnya. Gitu."
"Berarti kamu ga suka dibantah?"
"Aku pemikir Si, ga semua keputusan yang kuambil itu tergesa-gesa. Aku pikir dlu positif negatifnya. Baru ambil keputusan."
"Oh..... "
"Kamu pasti udah banyak denger tentang ceritaku dan Tere dari Ken kan?"
Aku mengangguk.
"Aku yakin Ken jujur, tidak ada yang ditambah dan dikurangi sama dia."
"Kamu kenapa benci Ken?"
"Aku ga benci sama Ken. Aku cuma ga suka karena dia terlalu ikut campur hubunganku sama Tere."
"Tapi kenapa dulu kamu larang aku buat deket sama Ken?"
"Awalnya karena aku takut Ken bakal cerita ke kamu soal latar belakangku. Keduanya karena aku tau latar belakang Ken mendekati kamu itu untuk apa, dia mau mencari tau tentang aku lewat kamu. Ketiganya karena aku cemburu kamu deket sama Ken." Dika menoyor kepalaku.
"Cemburu ? Kenapa ? Kan cuma temenan?"
"Ya wajarlah, namanya juga orang suka."
"Kamunya aja cemburuan."
"Kamu juga cemburu kan aku sama Tere ?"
"Enggaklah."
"Iya deh enggak. Eh gerimis nih pulang yuk."
"Iya. Ayok."
"Beli jas hujan dulu ya, takutnya tambah deres nanti, kasian kamu."
"Gpp Dika. Ga usah. Aku risih pakai jas hujan. Kamu aja yang pakai aku enggak."
"Yaudah kalo kamu enggak aku juga enggak. Kamu pake jaket aku ya biar ga dingin."

Kami pulang. Namanya juga lereng gunung. Baru jam 13.00 juga udah hujan. Iya dan kami kehujanan. Barulah sampai kota hujan reda. Tapi kami terlanjur basah kuyup. Dika mengajakku kerumahnya dulu untuk berganti baju. Akses rumah Dika dan rumahku emang lebih deket ke rumah Dika yang emang berada di kota dan aku berada di perbatasan.

girl friend (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang