Cukup

25 2 0
                                    

Matahari tersenyum pada ku, seolah mengisyaratkan hal lain.

Pukul 10.00.

"Ah, benar saja". Aku terperanjak segera ku ambil handuk dan bergegas mandi.

Aku terlambat untuk kesekian kalinya.

30 menit lagi, aku segera bergegas.

Tak ku hiraukan suara aneh yang mengusik telinga ku sejak tadi.

Perjalan ke kampus,tidak memerlukan waktu yang lama.

"Syukur dosennya belum datang",gumam ku, aku menghela nafas panjang.

Tiba-tiba handphone ku kembali berdering

"kini apa lagi", aku mulai kesal.

Ada 20 pesan dan 5 panggilan tak terjawab

Aku mengigit jari.

"Ada apa lagi ja ?", jawab ku

Tidak butuh waktu berjam-jam
Centang biru
Dan

"Akhirnya kamu balas juga, kamu ada dimana sekarang ?".

"Aku di Jakarta".

"kamu kuliah di sana?".

"iya", jawab ku singkat

"Cik, bisakah kita kembali seperti dulu lagi? ".

Kali ini aku benar2 terdiam dan tak bisa berpikir jernih.
"Balikan? Untuk apa?"ucap ku lirih dalam hati

"Cika, aku sayang kamu". Kali ini Teja benar2 serius

"Teja". Jawab ku lagi

"Iya cik, kamu mau kan balikan sama aku? ".

"Ja, dunia kita sudah berbeda. Kamu yang memilih untuk pergi saat aku berusaha membuat mu kembali, sekarang kamu tiba2 hadir seperti ini. Aku bukan tempat sandaran mu lagi, aku tak siap terluka untuk kesekian kalinya. Jadi, tolong jangan kembali lagi. Cukup, cukup ja terlalu sakit untuk di lanjutkan. Pergilah, bersama dia yang kau cinta.

1 jam berlalu
Tak ada balasan
Aku lega.

"Ah sudalah, bukankah itu hidup yang ingin dia pilih". Gumam ku lagi

Aku harus fokus,banyak tugas yang harus ku kerjakan.

Teja hanya masa lalu yang tak perlu ku ingat lagi.






RumitWhere stories live. Discover now