Chapter 2

32.9K 2.7K 147
                                    

-- BATAS BACA--

Collegiate School, New York, USA – dua belas tahun yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Collegiate School, New York, USA – dua belas tahun yang lalu

Sejak lahir Rugby tinggal di New York, Amerika Serikat. Berbeda dengan semua sepupunya yang tinggal di Jakarta. Alasan orangtuanya menetap di sini karena tidak ingin terlibat dalam drama yang ada. Dari yang Rugby dengar keluarga ayahnya senang menciptakan drama yang memusingkan kepala. Itulah kenapa mereka menetap di sini. Ya, kurang lebih alasannya begitu. Dilahirkan di New York tidak serta merta membuat Rugby hanya menggunakan bahasa Inggris, tetapi dia mempelajari bahasa Indonesia dari orangtuanya. Kalau berada di rumah, mereka akan bicara menggunakan bahasa Indonesia.

Saat ini Rugby berdiri di depan sekolah SMA khusus laki-laki yang ditempati Edibel, kakaknya. Sambil mengedarkan pandangan mencari keberadaan Edibel, dia mengirim pesan teks untuk sang kakak agar cepat keluar dari gedung sekolah. Kakaknya tergabung dalam tim bola basket sekolah. Setiap dia pulang sekolah, kakaknya masih berlatih. Ibunya meminta Rugby datang mengantar vitamin yang sering dilupakan Edibel. Terkadang dia berharap menjadi anak tunggal daripada memiliki kembaran seperti Edibel yang tak henti-hentinya menyusahkan. Namun, ada untungnya dia datang ke sekolah Edibel yang diisi oleh murid laki-laki saja. Anggap saja cuci mata, soalnya di sekolahnya tidak ada yang menarik.

Rugby menghubungi nomor ponsel kakaknya. Tidak memerlukan waktu lama panggilannya langsung diangkat. "Kenapa, By?"

"Gue di depan sekolah lo. Kebiasaan banget nggak bawa vitamin. Jangan nyusahin gue terus dong!" dumel Rugby kesal.

"Gue udah minum vitamin punya Jason. Lo bawa pulang lagi aja."

"Gila lo! Gue udah jauh-jauh ke sini. Pokoknya lo harus ke depan dulu!"

"Nggak bisa, By. Gue mau latihan. Bye."

Edibel mematikan sambungan yang tengah berlangsung. Rugby mengepal tangannya kuat-kuat mengontrol emosi yang datang. Kakaknya sungguh keterlaluan. Dia akan mengadukan hal ini pada ibunya.

"Dasar monyet!"

Saat kekesalan menguasai, telinganya menangkap suara kekehan dari samping. Bahkan, dia mendengar kalimat yang keluar dari mulut itu.

"Kasihan dikatain monyet."

Rugby meneleng ke samping, memperhatikan laki-laki berwajah bule itu. Tunggu, kenapa bule itu mengerti yang dia bicarakan?

"Hah?"

"Monyet dalam bahasa Inggrisnya monkey, kan?"

Rugby melongo ketika laki-laki itu fasih bicara bahasa Indonesia, bahkan tidak ada logat kebarat-baratan seolah sudah lama menetap di Indonesia.

Laki-laki itu mengulurkan tangannya. Rugby melihat seragam yang dipakai persis seperti seragam milik Edibel. Ini pertama kalinya dia melihat laki-laki itu di sekolah ini. Tapi, murid di sekolah Edibel ratusan, jadi tidak mungkin dia menghafal wajahnya satu per satu.

Hello, Ex-Boyfriend! (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang