Part 20

9K 790 12
                                    

"Selamat pagi, Lord Wellington. Akhirnya kau bisa merasakan suasana Virginia yang sebenarnya. Bagaimana, kau menikmatinya?" Lord David Humphrey, Duke of Buckingham menyapaku di lapangan. Senyumnya yang khas ditampilkannya dengan bangga. Aku sudah lama tidak melihatnya. Terakhir kali kami berjumpa di India, dua tahun yang lalu.

"Belum terlalu menikmatinya, Lord Buckingham. Mengingat aku baru kemarin menginjakkan kaki di Virginia," David tertawa kecil, menepuk pundakku seiring kami berjalan bersama menuju kemah istirahat.

David menoleh ke arahku. "Kudengar kau sudah menikah? Apakah itu betul?" Sorot matanya menunjukkan tanda tanya.

Aku menganggukkan kepalaku pelan,

"Ya," jawabku singkat.

David kembali menunjukkan senyum khasnya, kali ini lebih lebar. "Aku mendengar istrimu adalah seorang putri Jerman. Kau pria yang beruntung, Wellington!"

Aku tidak membalas pujiannya. David tidak akan tau bahwa pernikahanku tidak bahagia, dan mungkin tidak akan pernah bahagia. Sikap Wilhelmine yang sekarang sudah dingin, dan cuek seperti sikapku, mempersulit segalanya. Dia juga sangat pintar. Tidak seperti wanita-wanita bangsawan pada umumnya. Aku tau, diriku lah membuatnya seperti ini.

Meskipun begitu, aku tidak peduli.

"Ceritakan padaku, Wellington. Bagaimana kalian bisa bertemu?" David melepas tangannya dari pundakku, seraya kami memasuki kemah peristirahatan.

Aku berbohong, "Kami bertemu di pesta dansa. Ayahku memaksa untuk menikah secepatnya. Aku memilihnya,"

David mempercayai kebohonganku, tersenyum setelah aku menceritakan cerita yang tidak benar. Mungkin jika aku memberitaunya bahwa aku dijodohkan oleh Raja George III, David tidak akan berteman denganku lagi. Dan bisa saja memusuhiku. David bukan seorang penggemar Raja George, ia pembencinya. Dia menyebut Raja George sebagai raja yang gila, karena telah membuat Inggris banyak kehilangan daerah koloni. 

"Bagaimana keadaan si 'baginda raja'?" tanya David sinis. "Kau tau? Putranya lebih layak memerintah daripadanya," tambahnya. 

"Kesehatannya memburuk. Putranya sudah banyak mengambil alih kuasa sekarang," 

"Mengapa tidak langsung mengabdikan tahkta saja?" David bertanya masih dengan nada sinis.

Aku menggeleng kepalaku pelan, menandakan bahwa aku tidak tau jawaban yang ditanyakan oleh David. Setelah itu kudengar David menghela nafas panjang. 

Keheningan meliputi kami, 

Lalu David berbicara.

"Apakah nanti malam kau akan datang ke pesta Marquess Normanby?" 

********

Aku bingung. Gaun mana yang akan kupakai malam ini? Duke Wellington baru saja memberitahu ku bahwa kami akan pergi ke pesta dansa Marquess Normanby. Dan aku disuruh untuk bersiap dengan cepat. 

Diriku ingin memanggil Caroline untuk membantuku memilih. Namun, aku takut Caroline akan dipecat Duke Wellington. Pria kejam itu tidak memperbolehkan Caroline berbicara denganku. 

Akhirnya, setelah beberapa menit, aku memutuskan untuk memakai gaun putih bercorak emas yang tampak menarik dan indah. Tanganku mengambil beberapa bedak, lalu memolesnya di wajahku. Mataku melirik ke cermin untuk memeriksa penampilanku. Sudah rapi. Aku tersenyum ke arah cermin, lalu beranjak keluar kamar untuk berangkat.

Duke Wellington duduk di ruang tamu, menghisap cerutu dan tidak melakukan apa-apa. Aku melihat penampilannya, apakah dia sedang bercanda? Mengapa dia memakai baju militer merah? Apakah dia benar-benar tidak mempunyai baju lain?

Duke and Duchess of WellingtonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang