Part 26

8K 782 55
                                    

Tok. Tok. Tok.

Ketukan di pintu ruang kerjanya, membuat Duke Wellington memasang wajah kesal. Dia tidak ingin diganggu saat bekerja. Sibuk maupun tidak.

Dengan nada terpaksa, ia menjawab ketukan itu. "Ya?"

Wanita paruh baya dengan wajah yang dihiasi bedak menor membuka pintu kerja Duke Wellington. Pria itu mengeraskan wajahnya dan memasang muka masam. Wanita yang ia juluki 'perempuan murahan' secara diam-diam ini tak lain lagi adalah Isabella Beuchamp, Duchess of Warwick.

"Selamat siang, Duke Wellington," ucap Isabella dengan nada menggoda.

Duke Wellington yang tidak mau diganggu oleh perempuan murahan, namun juga tidak mau kehilangan pekerjaannya, menjawab "Ada keperluan apa Your Grace?"

"Ah tidak. Aku hanya ingin bertemu denganmu," goda Isabella sambil menutup pintu dan melangkah masuk.

Wanita itu mendudukkan dirinya di kursi, walau sang pemilik ruangan belum mempersilahkannya untuk duduk. Isabella mendekatkan kursinya ke meja kerja Duke Wellington–―mangsa terbarunya. Sebaliknya, pria yang tidak tertarik akan godaan Isabella itu menjauhkan kursinya dari meja kayu jatinya.

"Apa kabarmu, Duke Wellington?"

"Baik."

"Bagaimana kabar istrimu?"

"Baik." Isabella menghembuskan nafasnya. Pria ini sangat dingin, batinnya.

Namun, seorang wanita seperti Isabella tidak akan menyerah dengan cepat. Isabella mempunyai banyak rencana dan cara agar pria yang menjadi mangsanya jatuh dalam dekapan dan ranjangnya. Kali ini, dia juga tidak akan menyerah.

Duchess of Warwick itu menaruh tangannya di dada. Lalu menurunkan gaunya, memperlihatkan belahan dadanya yang seharusnya menggoda setiap pria yang melihatnya. Tetapi tidak bagi Duke Wellington yang hanya mengangkat alisnya, lalu dengan acuh, memalingkan pandangannya. Sangat tidak menggoda!

"Apa kau terhibur?" lagi-lagi, dengan nada menggoda, Isabella bertanya.

"Mengapa aku harus terhibur karena wanita? Aku hanya merasa terhibur ketika aku memenangkan pertempuran dan karena berkat Tuhan." Isabella menatap mangsanya dengan tatapan tidak percaya. Duke Wellington adalah pria yang aneh, batin Isabella.

Namun, Isabella belum menyerah. "Berarti Wilhelmine tidak bisa memuaskan hasratmu, bukan?" senyum menggodanya muncul lagi, "Aku akan mengubah cara berpikirmu, Duke Wellington. Aku akan membuatmu merasa terhibur karenaku,"

Isabella kembali memajukan tubuhnya yang sintal ke depan. Gaunnya semakin diturunkan, menunjukkan belahan dadanya yang terlihat jelas. Sayangnya, Isabella menggoda orang yang salah. Hal tersebut tidak akan pernah membuat hati nakal dan bergairah milik Duke Wellington berdetak hidup.

Duke Wellington melirik laporan-laporan yang seharusnya ia siapkan. Dirinya kini menyesal mempersilahkan Isabella untuk masuk–―sangat membuang-buang waktunya.

"Dengar, Your Grace. Aku tidak tertarik dengan satupun godaanmu. Sudah kujelaskan, aku tidak bisa dihibur oleh wanita dan tidak akan pernah bisa. Jangan kuras tenagamu hanya untuk menggoda ku yang tidak akan bisa digoda. Masih banyak pria diluar sana yang aku yakin ingin mencicipi tubuh mu. Sekarang, tugasku sedang menumpuk dan dengan halus aku menyuruh Your Grace untuk keluar."

Pintu kayu jati itu tertutup keras saat Isabella dengan kesal menutupnya. Baru kali ini, seumur hidupnya, mangsanya menolak untuk tidur dengannya. Ia harus mendapatkan Duke Wellington. Harus.

*****

"John? John sayang?" Isabella memasuki rumah mewahnya dengan rasa bercampur aduk. Ia baru saja diusir oleh mangsanya. Isabella sedang memikirkan seribu cara agar bisa tidur dengan Duke Wellington. Sepertinya, ia harus membutuhkan bantuan suaminya yang kaya raya.

Duke and Duchess of WellingtonWhere stories live. Discover now