Chapter 1. RaSa

3.3K 165 12
                                    

"Cinta itu seperti angin. Kau tak dapat melihatnya, tapi kau dapat merasakannya." - Nicholas Sparks

💜💜💜

"Good morning"

Melody meletakkan ponselnya yang bercase doraemon diatas kasurnya. Kini pandangannya beralih pada cermin fullbody di kamarnya.

Sedikit memoleskan bedak bayi di wajahnya ditambah menguncir rambut hitamnya yang panjangnya sebatas pinggang.

Bip.

Ponselnya kembali berbunyi menandakan bahwa ada sebuah pesan yang masuk. Melody berjalan kearah kasurnya. Lalu duduk disisi ranjang.

Saat melihat notifikasi di ponselnya ia lantas tersenyum-senyum sendiri setelah mengetahui siapa yang menge-chat nya.

From RaSa💛

Good morning to you, too:).. aku udah didepan

Melody lantas berbaring dikasurnya, berguling-guling tak jelas kekanan dan kekiri. Ia tak peduli kalau kasurnya berantakan walaupun tadi pada saat bangun tidur sudah ia rapikan.

Melody kembali memandangi pesan yang baru masuk di aplikasi Whatsapp nya. Bibirnya perlahan naik melengkung membentuk sebuah senyuman yang begitu indah.

Tok tok tok

Pintu kamar Melody diketuk oleh seseorang. Melody pun buru-buru bangun dari kasurnya. Segera ia menetralkan perasaan senang yang memburu didalam hatinya.

"Melody sayang, Rangga udah didepan tuh, buruan keluar nanti keburu telat sayang" oh ternyata itu adalah suara bunda Kirana, bundanya Melody. "Iya bun, mau ambil tas dulu" tak terdengar suara lagi dari luar kamar Melody.

Melody pun segera merapikan penampilannya yang sedikit acak-acakan karena ulah guling-gulingnya tadi. Setelah itu ia segera menyambar tas biru lautnya yang terletak diatas meja belajarnya lalu melangkahkan kakinya keluar kamar.

"Rangga gimana kabar papa kamu kata Melody beliau sakit?" Tanya Ridwan, papanya Melody sambil meneguk kopinya di ruang tamu rumahnya.

"Iya om, alhamdulilah sekarang udah baikan mungkin karena kecapekan ngurusin perusahaan"

"Papa kamu itu memang nggak berubah, gila kerja sifatnya"

Rangga dan Ridwan lantas saling terkekeh mendengar penuturan papanya Melody.

"Selamat pagi" teriak Melody saat sudah berada di ujung tangga.

"Melody,, ini itu bukan hutan jadi nggak usah teriak-teriak" Kirana memperingatkan Melody saat ia berjalan menuju ke ruang tamu sambil membawa nampan yang berisi 2 piring nasi goreng.

Rangga dan Ridwan yang melihat itu juga ikut tertawa karena ekspresi lucu dari Melody.

Bahkan seluruh keluarga dan teman-teman Melody mengakui bahwa ekspresinya akan lucu jika ia sedang marah dan sedang dimarahi.

"Kok dibawa keruang tamu bun nasi gorengnya?" Kirana tak menggubris pertanyaan putrinya membuat Melody pun ikut kesal sendiri.

"Rangga sarapan dulu nak, disini aja ya sarapannya soalnya tinggal kamu sama Melody yang belum sarapan" Kirana mempersilahkan. "Ternyata gini rasanya diduakan, kalo ada Rangga pasti Melody nggak dianggep" ucap Melody tak terima sambil mengkerucutkan bibirnya.

"Hah", Ridwan menghela nafasnya, "Ayo nak Rangga silahkan di makan"

"Iya om makasih jadi ngerepotin"

"Ngerepotin darimananya tiap hari juga sarapan disini" Melody sedikit menyindir Rangga namun detik selanjutnya ia mengambil piring yang berisi nasi goreng itu.

"Nak Rangga, dimaklumi ya Melody memang sikapnya masih kekanak-kanakan" Kirana mengusap-usap rambut putrinya. "Ih Bunda Melody nggak kayak gitu" Melody tak terima.

"Rangga elo harus banyak sabar menghadapi adek gue yang banyak maunya,, kalo elo udah muak jadi pacarnya elo tinggal buang aja gue ikhlas" terdengar sautan seseorang dari arah tangga.

Melody lantas membelalakkan matanya mendengar penuturan sang kakak soal 'pacar'. Melody lantas meletakkan piringnya dan langsung berlari memukul-mukul kakaknya yang sudah berada diruang tamu.

"Ih Kak Faiz, nyebelin nanti aku laporin ke Kak Kartika" Faiz menangkap tangan Melody yang hendak memukulnya lagi, "Silahkan adekku yang manis tapi galak, kakak udah nggak ngaruh sama ancaman kamu itu"

"Melody,, sana cepet habisin sarapannya udah ditungguin Rangga dari tadi" kini Ridwan yang bersuara sebab Melody memang dari dulu takut pada sosok papanya yang sedikit tegas.

Setelah melalui sarapan yang panjang lebar itu, kini Rangga dan Melody telah berada di dalam mobil milik Rangga untuk menuju ke sekolahnya.

"Ngga,, " Rangga menoleh ke kursi penumpang disebelahnya, "Kenapa?" Tanyanya kemudian.

"Maaf soal kak Faiz tadi" Melody mulai bersuara. "Soal yang mana?" Rangga kian tak mengerti apa maksud dari gadis disampingnya ini.

"Itu-- hemm-- itu lohh--" Rangga memerhatikan Melody yang sedang memilin ujung roknya sambil menunduk, "Maaf karna kak Faiz tadi bilang kalo kita pacaran padahal kita kan cuma sahabatan, aku jadi nggak enak sama kak Mentari"

"Santai aja kalik lagian Mentari juga nggak denger" Melody menoleh kearah Rangga yang memilih fokus kearah jalanan didepannya. Seolah-olah ia tak peduli dengan arah pembicaraan ini ataukan memang Rangga itu 'kurang peka'.

Daripada memikirkan hal itu Melody lebih memilih memandangi pepohonan yang berjalan dari kaca mobil sampingnya.

Tak lama kemudian mobil yang dikendarai Rangga telah sampai di sekolah yang berplakat SMA Galaksi. Mereka berdua pun turun dan disambut oleh seorang cewek yang menurut Melody memang sangat cantik dan menjadi primadona di SMA Galaksi.

"Udah dateng?" Mentari langsung memeluk Rangga dan tentunya dibalas oleh sang empunya. "Hai, Melody" sapanya pada gadis yang berdiri disamping Rangga.

Memang Mentari sudah mengetahui seluk beluk hubungan Rangga dan Melody, mulai dari mereka adalah sahabat sejak SD dan keluarga mereka juga sangat dekat sebab perusahaan yang dipimpin oleh Ridwan bekerjasama dengan perusahaan milik Jaya, papanya Rangga. Dan Mentari tak mempermasalahkan jika Rangga dan Melody begitu dekat walaupun ia sendiri berstatus sebagai 'pacarnya' Rangga.

"Hai, kak Mentari" Mentari adalah kakak kelas dari Rangga dan Melody. Rangga dan Melody saat ini masih menginjak kelas XI sedangkan Mentari sudah kelas XII.

"Yuk kekelas" Rangga mengajak keduanya untuk kekelas masing-masing atau lebih tepatnya ia mengajak Mentari 'bukan' Melody, "Mellow aku mau nganterin Mentari ke kelasnya kamu duluan aja" Melody pun mengangguk. Disusul Rangga dan Mentari yang berjalan berdampingan dan berpegangan tangan meninggalkan Melody yang masih berdiri mematung diparkiran sekolahnya.

Rangga kenapa sulit banget buat ngungkapin kalau 'aku suka sama kamu'

---------
Tbc

Debu Antariksa

Debu Antariksa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang