Bagian Enam Puluh Dua.
Merancang masa depan tanpamu?
Nyatanya itu hanya sebatas wacanaku.
Aku tak serius saat mengatakan itu. -Adila.•
•
•🌛
Di balik matamu, tak ku temui rasa takut.
Aku tak tau apa yang sedang kau pikirkan.
Dan ku rasa memang tak ada yang mengerti jalan pikiranmu.
Kalau boleh ku katakan, kau memang penuh kejutan, biru:)
Sayang, aku tak suka kalimat itu.
Aku tak suka kejutanmu, saat kau datang lalu pergi sesuka hatimu.
Seolah hati ini tak ada artinya untukmu.
Aku tak pernah tau jalan otakmu.
Oh ya, dari dulu aku ingin tahu.
Kira-kira pentium otakmu ada berapa?
Juga kira-kira IQ-mu berapa ya?
Nanti saat kita ketemu, ingatkan aku untuk menanyakan hal ini padamu.
Meski hanya di mimpiku:(
"Dilaaaaa!" Dila menutup buku diary-nya lantas cepat-cepat menyeka air matanya. Ia spontan berbalik. Memberikan senyum terbaiknya pada sahabat-sahabatnya yang berjalan kearahnya.
"Dicariin dimana-mana. Taunya disini!" ujar Diva, lagi.
Ruby menatap dirinya, lama. Dila meliriknya, "Kenapa?"
Ruby hanya mengendikkan bahu, lantas mengambil duduk di samping Dila. "Lo, aneh aja."
"Tau! Heran deh, lo kini suka banget ya menyendiri. Ya, nggak Ta?"
Rettha yang sedari tadi menatap Dila, hanya mengangguk.
"Nggak takut di gangguin makhluk astral lo?"
"Goblok kayak Yasha." sindir Ruby.
Dila terkekeh, "Siang-siang gini setannya ngadem dulu kali, Div."
"Kasar bet si lo, By." Diva menekuk pipinya dengan tangan. "Lagian, nih tempat sepi, Dil. Auranya juga serem ho!"
"Meskipun, nggak seserem waktu Davi nembak gue sih," celetuknya.
"Emang udah ditembak, Div?" tanya Rettha, usil. Membuat Diva lagi-lagi menekuk wajahnya
"Dalam mimpi, sih iya. Enggak tau real-nya."
"Rubyy!"
"Udah-udah, jan ngegas mulu bisa?" lerai Dila. "Ta, duduk sini."
"Lo, nggak nyuruh gue duduk?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITY [Tamat]
Science Fiction"Lo itu gue ibaratin venus flytrap. Gue kupu-kupu-nya. Gue yang udah terperangkap di ruang lo. Mana mungkin bisa keluar. Bahkan kemungkinan terburuknya ialah sang kupu-kupu itu mati. Karna satu kali kesalahan hinggap di daun lo. Ya, begitulah sekir...