Sixteen

8.5K 928 207
                                    

Irene membuka matanya perlahan, yang pertama kali ia liat adalah ruangan serba putih. Ruangan yang kerap kali menjadi teman untuknya. Serta Tiffany yang menemani dirinya.

"Emmm...Kak," panggil Irene pada Tiffany yang sedang duduk di sebelah kirinya.

Tiffany yang merasa dipanggil, segera menoleh lalu mengusap rambut Irene. "Gimana keadaan kamu, Hyun?"

Setelah berhasil menggendong Yeri keluar dari gedung. Irene langsung jatuh pingsan di depan gedung, masih dengan posisi Yeri yang berada dipundaknya. Entah apa yang terjadi selanjutnya setelah ia pingsan. Hanya dapat ia tau bahwa akhirnya berada di rumah sakit lagi.

"Mendingan Kak, tapi rasanya masih sesak sedikit."

"Tentu sesak, tadi kamu kan menghirup asap kebakaran cukup banyak. Apalagi kamu gak pake masker tadi pas masuk."

"Berapa lama aku pingsan Kak?"

"45 menit."

"Oh," ucap Irene sambil melepas selang oksigen yang menempel di hidungnya.

"Heh heh mau ngapain kamu lepas itu, selang oksigen?"

"Mau liat adik-adik aku Kak. Mereka sekarang ada dimana?" tanya Irene beranjak turun dari ranjangnya.

Tiffany yang melihatnya pun segera membantu Irene berdiri. "Mereka masih di ruang tindakan karena mereka lebih banyak menghisap asap kebakaran itu. Terlebih tadi mereka berada di ruang tertutup yang membuat oksigen sulit untuk masuk. Makanya, sekarang dokter sedang berusaha mengeluarkan asap kebakaran dari tubuh adik-adikmu. Memangnya kamu sudah merasa bisa untuk ke sana? Bukannya kamu masih terasa sedikit sesak nafas?"

"Bisa Kak. Sesak yang aku alami gak separah mereka. Biarin aku ngeliat mereka Kak."

"Oke deh," jawab Tiffany membantu Irene berjalan menuju ruang tindakan yang dimana tempat tersebut terdapat empat adik Irene.

Irene menghentikan langkahnya di ujung lorong yang mendekati ruang tindakan. Irene melihat Seulgi, Jisoo, dan Jennie yang sedang duduk di samping pintu ruang tindakan, dengan Jisoo dan Seulgi yang menangis.

"Aku emang Kakak yang payah. Payah gak bisa jaga Adik-adik aku sendiri. Sehingga sekarang mereka berada di antara hidup dan mati, padahal baru tadi sore kita ke rumah sakit karena Lisa dan Yeri terserempet mobil. Sekarang kita udah berada di rumahsakit lagi dan ngeliat empat adik kita berada di ruang tindakan," ucap Seulgi dengan air mata yang terus keluar.

"Kakak gak salah. Ini semua udah jalannya seperti ini Kak. Bahkan kalau Kakak mau bilang Kakak payah. Aku juga payah Kak. Karena gak bisa jaga Adik-adik kita," ucap Jisoo sambil menghapus air mata yang jatuh dipipinya.

"Kak Seul, jangan salahin diri. Kita juga gak ada yang tau kejadiannya bakal secepat ini. Kalau mau dibilang, kita bertiga pasti ngerasa bersalah Kak. Stop nyalahin diri Kakak. Udah berapa kali Kakak bilang Kakak payah selama kita di sini," ucap Jennie sambil menghapus air mata Seulgi.

Jennie sendiri, sebenarnya juga ingin menangis. Sama seperti Seulgi dan Jisoo. Namun Jennie menahan tangisannya. Karena, jika mereka semua menangis. Siapa yang akan menguatkan mereka, jika tidak salah satu dari mereka bertiga?

Hati Irene terasa remuk melihat tiga adiknya yang begitu rapuh, karena menunggu empat adik lainnya yang berada di ruang tindakan dan sedang berjuang di antara hidup dan mati. Disaat ini juga, terbesit rasa ragu di hati Irene untuk menghampiri mereka.

"Samperin mereka Hyun. Mereka butuh sandaran. Liat itu, Jisoo dan Seulgi terus nangis. Sedangkan Jennie menahan tangisnya untuk nguatin Seulgi dan Jisoo. Sekarang waktunya kamu yang gantiin posisi Jennie. Biarin Jennie ngeluarin air matanya itu. Kakak tunggu kamu di ujung lorong sini," ujar Tiffany paham akan apa yang dipikirkan oleh Irene.

Indestructible Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang