17: Peshawar

516 94 61
                                    

"Para Pengusaha itu tak pernah memihak. Mereka bisa bermuka dua, asal dapat untung banyak. Sama seperti Politikus, semuanya hanya berkiblat pada kepentingan diri dan partai, bukan rakyat banyak"

~ Mata Tertutup ~

#########################

Lidwin 'Low' Zureth, nama gadis itu. Seperti bintang zamrud yang lembut berkilau. Bahkan lebih menggoda dari Sasa. Meski dia cuma memakai kemeja putih yang lumayan dekil, celana panjang dan sepatu boots penuh debu. Dan ternyata, sosok inilah yang mereka temui di Peshawar.

"Lidwin sayang, aku akan sejenak berkeliling bersama Ibrahim dengan mobil. Biasa, rindu menikmati kecantikan gadis-gadis Pushtun. Mohon kau sedikit memberi wejangan pada karyawan magang kita" kata Pieter, sambil menunjuk Boren.

Lidwin memandang Boren, lalu tersenyum.

"Jangan banyak menimbulkan 'gerak' di wilayah ini. Ingat, kita cuma tim marketing. Target kita cukup menjual, jadi bermainlah dengan cantik" katanya, sambil menyibak rambut panjang dan mengedipkan mata. Mata yang sama hijaunya seperti Boren.

Ketika Sasa mulai melangkah santai diselingi ngobrol dengan Lidwin, Boren cuma bisa menarik nafas bingung. Inikah para SPG (Sales Promotion Girl) pabrik senjata dunia? Cewek-cewek Grade A, yang sejajar dengan para kontestan ratu kecantikan dunia. Lebih molek dari model-model iklan kosmetik.

"Kita menginap di rumah seseorang. Sementara Pieter dan Ibrahim akan tidur di hotel" bisik Hammed

"Mengapa begitu?" protes Borren.

"Mereka sedang melobi"

"Di hotel?"

"Mungkin"

"Tadi katanya mereka mau melihat kecantikan gadis-gadis Pushtun?"

"Itu kode. Dalam bisnis, kecantikan bukanlah gadis. Melainkan uang!"

Boren mengangguk, mulai memahami cara orang berdagang di pasar gelap. Mereka tak pernah mengungkapkan sesuatu secara terang-terangan, selalu menggunakan simbol.

Tetapi, mengapa tidak dijelaskan dari awal sejak dirinya diseret Pieter untuk terpaksa bergabung? Apakah begini memang cara mereka mengatur strategi dalam segenap kerahasiaan? Ataukah karena Boren hanya merupakan "tokoh tidak penting" dalam bisnis besar tersebut?

Jelas, ini bukan kecil-kecilan. Melintasi wilayah perang hanya untuk menawarkan dan memasok senjata, dengan sistem kerja tim dari berbagai suku bangsa, biaya kegiatannya saja tidak murah.

Hammed pernah menyebutkan, jika keuntungan perusahaan yang memproduksi dan menjual senjata, nilainya bisa sampai 40 sampai 50 miliar dolar setahun.

"Sebanyak itu?" bisik Boren.

Hammed tersenyum,"Untuk hampir satu dasawarsa perang di Afganistan, belum lagi perang di Irak, aku rasa itu wajar. Bahkan mungkin lebih besar, karena itu sudah dikurangi biaya lain-lain. Itu keuntungan bersih!"

"Lalu apa perusahaannya?"

Sekali lagi, Hammed tersenyum.

"Aku bahkan tidak tahu. Seperti kau tahu, kita cuma bekerja dengan Pieter. Sebenarnya dalam hal ini, dia hanya semacam makelar. Pieter dan tim asli perusahaan senjata akan bekerja sama menawarkan banyak varian senjata dari berbagai perusahaan senjata internasional, kepada setiap kubu yang berperang"

"Setiap kubu?!"

"Para Pengusaha itu tak pernah memihak. Mereka bisa bermuka dua, asal dapat untung banyak. Sama seperti Politikus, semuanya hanya berkiblat pada kepentingan diri dan partai, bukan rakyat banyak"

Mata TertutupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang