18: Kembali

877 112 51
                                    

"Hanya orang baik yang merasa bersalah. Sebaliknya, hanya orang jahat yang selalu merasa benar"

~Mata Tertutup~

##########

Silvia hanya terbaring diam di atas ranjang rumah sakit. Dokter mengatakan, dia sudah sadar dari pingsan. Kepalanya terasa pusing. Apalagi ketika melihat ada Polisi dan sejumlah orang yang mengaku pihak keluarga seseorang bernama Matahari, juga ikut mengelilinginya. Siapa itu Matahari?

"Anak kecil yang sempat tinggal bersama anda itu, bernama Matahari" kata Kapolsek Utomo.

"Si Adek?!" teriak Silvia. "Dimana dia sekarang?"

"Dia di rumahnya sekarang. Saya Julian, Bapaknya," kata seorang pria.

"Bapaknya?"

"Ya, warga menemukan seorang gadis  kecil yang menangis sendirian di pinggir jalan tak jauh dari rumah anda. Ternyata itu anak saya yang sudah hilang selama ini."

"Ya, Adek itu memang tinggal di rumah saya. Saya kasihan melihatnya sendirian di jalanan."

"Terima kasih sudah mengasuh anak saya."

Silvia menggigit bibirnya, sebelum mengalihkan pandangan ke polisi yang berada di sebelah kanannya.

Kapolsek Utomo tersenyum,"Kami butuh informasi anda tentang kronologi korban bernama Kulup. Dan juga tentang Matahari."

"Korban?! Kamilah korban sebenarnya Pak Polisi. Si Kulup brengsek itu mau membunuh dan memperkosa saya. Lalu... lalu Si Adek... Si Adek hanya berusaha menyelamatkan saya!" teriak Silvia.

"Kami mengerti."

"Tidak! Anda tidak bakal mengerti mungkin Pak Polisi. Pasti anda akan menyalahkan Adek saya itu, karena...karena jika dia tidak menembak bajingan itu, pasti saya tidak selamat!"

"Kami justru sangat mengerti. Ini bukan kasus pertama, adek kecil itu, Si Matahari menembak orang..."

"Bu-bukan?!" Silvia terpana."Si Adek benar-benar bisa menembak?"

Silvia menatap mata Kapolsek Utomo dengan ketakutan. Lalu saat dia mengalihkan pandangan kepada Julian, tubuhnya tiba-tiba gemetaran.

****

Yani, memeluk erat tubuh Matahari. Mereka bergelung seperti ular dalam selimut tebal di atas ranjang.

Kembalinya Matahari, adalah kado luar biasa dari Tuhan untuknya. Setelah penantian yang begitu menyakitkan, akhirnya putri kecilnya itu kembali ke rumah dengan selamat, diantarkan pihak kepolisian.

"Pulang... dari main jauh...," kata Matahari, saat dalam gendongan Julian.

Air mata Yani tumpah saat memandikan tubuh anaknya yang terlihat begitu kotor berkeringat. Menggantinya dengan baju, dan menyuapinya makan. Lalu gadis kecil itu kemudian minta ditemani untuk tidur.

"I just want to go to sleep," bisik Matahari.

Yani terkejut, sebab kali ini anaknya fasih menggunakan Bahasa Inggris. Bukan Bahasa Indonesia, apalagi Belanda.

Saat mereka terbaring berdua dalam selimut, berpelukan penuh kasih layaknya ibu dan bayi kecilnya, tiba-tiba Matahari malah mengajaknya bercakap-cakap.

"What should I do if I can't sleep?"

Yani menghela nafas, mendadak dia ingat almarhum Bapaknya yang sempat mengajarkan "How to sleep in 10 seconds". Ini disebut sebagai Metode Militer, biasanya banyak digunakan para polisi atau tentara dunia untuk dapat cepat tertidur, agar dapat bergantian berjaga di wilayah konflik. Tubuh harus terjaga staminanya, antara lain dengan cukup makan dan tidur. Meski waktu tidur tak banyak, maka setidaknya tetap cukup berkualitas.

Mata TertutupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang