🐾0.15

60 32 3
                                    

•••

🐾0.15.Pertemuan🐾

"Lo kenapa bisa kayak gini? Dan tadi gue denger katanya lo baru sadar dari koma?." Pertanyaan yang dilontarkan Zigan sudah mengawali pertanyaan yang ada dibenak Adgal juga. Jadi Adgal hanya diam saja. Karena penerjemah bahasa isaratnya sangat handal. Memang tidak salah dia memilih orang seperti Zigan ini.

Sedangkan Vila diam mendapati pertanyaan itu. Sebenarnya tubuhnya masih sedikit lemah. Tapi karena asupan tadi yang diberikan Adgal untuk makan banyak jadi sedikit merasa enakan.

"Gue.. Koma?" Nada penuh kebingungan dan terselip nada tanya itu membuat Zigan mengerutkan keningnya ikut bingung. Tak terkecuali Adgal.

"Lo gak inget?" Kini Vila beralih menatap Adgal. Pertanyaan singkat Adgal itu membuat Vila masih terus menatapnya dalam diam.

"Sebelum lo ada disini lo gak inget apa apa?" Beralih pandangannya kini menatap kearah Zigan. Ia seperti orang linglung yang lupa dan tak tau apa apa yang sudah terjadi. Bahkan ia sampai tak tau apa yang sudah terjadi padanya.

Namun ingatannya yang terus berputar kini mendapatkan sebuah jawaban yang berhasil menjawab kebingungan di benaknya. Raut wajah Vila kini berubah setelah mendapat sesuatu yang sudah ia gali kembali dalam ingatannya yang sepertinya berhasil menghilang dari memori di otaknya.

Adgal dan Zigan memilih diam menunggu jawaban apa yang akan diberikan Vila. Cewek itu seperti berusaha mengingat ingat ingatannya mungkin saja terselip didalam sana.

Hingga raut wajah itu kini berubah sendu. Mata sayu itu berubah tajam kembali. Tatapan datarnya kini tersirat lewat kedua manik indah itu.

Kedua cowok itu yang menyadari perubahan raut wajah Vila memilih diam saja. Mungkin cewek itu tengah menahan sakitnya. Baiklah mereka tidak akan memaksanya untuk mengingat semua kejadian yang terjadi sebelumnya.

"Lo ist..."

"Kenapa gue masih hidup?." Belum sempat Adgal melanjutkan ucapannya. Suara tajam Vila langsung memotongnya. Dan perkataan yang diucapkan cewek itu berhasil membuat Adgal dan Zigan kembali mengerutkan keningnya bingung. Apa maksudnya?

"Lo kenapa ngomong kayak gitu?." Zigan menengahi. Ia paling tak suka kalau ada orang yang mengatakan mati matiaan tanpa alasan. Itu bukanlah bahan lelucon yang pas. Bahkan menurutnya itu sangat menyeramkan kalau hanya akan dibuat lelucon.

"Bukan ini yang gue mau." Lirih Vila sangat pelan sampai sampai membuat kedua cowok itu merasakan hawa apa yang Vila rasakan. "Kenapa.."

"Lo bisa cerita sama kita, sebenarnya apa yang terjadi." Potong Adgal langsung. Dan itu membuat Vila mendongak dengan sorot tajamnya menatap menusuk kedua manik Adgal.

"Iya, La. Barang kali kita bisa bantu." Kini mata tajam itu beralih menusuk kedua manik Zigan yang baru saja menyatakan sesuatu kepada cewek itu.

"Gue pikir, gue udah mati." Lirih Vila dengan kepala menunduk. Ia seperti menyesal sekaligus berharap hal itu terjadi.

"Lo gak boleh ngomong gitu, La. Hidup itu cuma sekali. Dan jangan sampe Lo sia siain. Apalagi lo buang gitu aja." Ucapan yang memang terdengar benar itu keluar dari bibir Zigan.

Vila mendongak menatap wajah Zigan. Memang ia membenarkan apa yang diucapkan cowok itu. Apa mungkin ia bisa menikmati kesempatan ini dengan suka cita.

"Sekarang lo istirahat." Adgal berdiri dan bersiap membantu Vila untuk menidurkan tubuh lemah itu diatas kasur.

Vila pun menurut. Ia kembali terbaring lemah diatas ranjang sempit itu. Mungkin memang tubuhnya butuh istirahat sehingga tadi emosinya hampir tidak terkontrol.

Couple ColdWhere stories live. Discover now