Sarah Memory Part 5

385 45 7
                                    

Aku terkejut melihat apa yang ada di depanku saat ini.

Kenapa ada dia sini?! Dia yang aku dambakan. Itu kan...

"Arenaaaaaa."

Sebuah bangunan yang sangat besar itu berdiri di depanku.

Aku tidak menyangka ada sebuah arena di kota ini, mungkin aku terlalu memikirkan permohonan Pahlawan sehingga hampir tidak menyadari adanya bagunan semegah itu berdiri di depanku. Jika tidak segera tersadar, aku mungkin saja melewatinya.

Aku memperhatikannya dengan cermat sambil mengingat-ingat bentuk Arena yang ada di dalam buku yang biasa aku baca.

Arena tersebut berbentuk lingkaran. Arena ini juga mempunyai atap di tribun penonton, namun tidak menutupi keseluruhan arena. Sebuah yang luar biasa. Luasnya mirip dengan stadion sepak bola namun jelas ini bukanlah stadion.

Sebuah tulisan di gerbang masuk menjelaskan padaku tempat apa ini.

Gelora Arena Sriwijaya.

Di bawah gerbang terbang tersebut, terlihat beberapa orang sedang berlalu-lalang menggunakan pintu masuk. Pintu itu digunakan untuk masuk dan keluar penonton atau juga untuk angkutan barang. Karena tidak terlalu ramai sepertinya gerbang ini bukan satu-satunya pintu masuk.

Terlihat cat kuning yang masih menyala terang baik di gerbang ataupun sisi luar Arena yang terlihat samar-samar dari sini, itu menandakan arena ini belum lama di bangun.

Apa mereka membangunnya saat aku sedang bertugas menjadi pasukan perdamaian?

Aku berjalan medekati gerbang tersebut. Rasa penasaranku akan Arena mulai mengendalikan pikiran dan kedua kakiku.

Saat sampai di sana, terlihat sebuah kertas di tiang gerbang itu. Tulisan di kertas itu langsung menarik perhatianku.

Jelas itu adalah tulisan tangan, tapi tulisannya cukup bagus.

Semifinal Piala Ksatria Tingkat SMP

(Glora Arena Sriwijaya)

24 Desember

Smp 2 vs SMP 2

12.20 WIB

SMP 1 Vs SMP 2

14.20 WIB

Sebuah senyuman terpancar di wajahku saat menatap poster itu.

Hoo... jadi ada pertarungan antar sekolah hari ini. Sepertinya cukup menarik.

Aku mendekatkan wajahku untuk melihatnya dengan lebih teliti, meski tidak memilki masalah apapun pada mata, aku melakukannnya hanya untuk membaca seluruh poster tersebut dengan teliti.

Tinggu, bukankah SMP 2 terlalu mendominasi? Ini lebih pantas disebut pertarungan satu sekolah di banding pertarungan antar sekolah.

Sebuah sekolah yang mendominasi sekolah lain di suatu wilayah sudah biasa di Negeri ini. Mungkin itu adalah suatu ironi, tapi apa yang bisa dilakukan tentara sepertiku untuk merubah hal itu.

Aku kembali memperhatikan poster tersebut.

Mungkin SMP 2 terlalu kuat untuk di hadapi sekolah lain di pertarungan Arena. Tapi mungkin saja tidak, aku tidak boleh menarik kesimpulan terlalu cepat. Tapi apa yang membuat SMP 2 begitu kua-

Saat aku masih berusaha berpikir, sebuah lonceng berdentang keras.

Bunyi itu sudah tidak asing di telingaku. Itu adalah dentangan pembuka lonceng. Lonceng tersebut memberitaukan waktu saat ini. Banyaknya dentangannya menandakan jam berapa saat ini. Mudahnya, satu dentangan lonceng menandakan jam satu pagi.

Lonceng mulai digunakan karena bencana BigBang membuat seluruh jam baik jam dinding ataupun arloji tidak dapat berfungsi lagi.

Pasca BigBang, ada dua cara dalam menentukan waktu di delapan negara tersisa, dengan lonceng dan jam matahari. Kedua alat ini selalu ada di tempat strategis yang banyak di gunakan masyarakat.

Aku terdiam mendengarkan.

12 kali.

12 bunyi dentangan terdengar, itu menandakan sekarang adalah tengah hari.

Tak lama, dentangan ke 12 berakhir.

Bukankah pertandingan itu di mulai sebentar lagi?

Aku melangkah maju melewati gerbang.

Sambil mengurangi kecepatan langkah, aku kembali menghirup dan mengeluarkan nafas dalam-dalam, sama seperti saat aku berjalan-jalan di kota tadi. Tapi ini berbeda, sekarang aku merasa sangat gugup. Ini pertama kalinya masuk ke lingkungan Arena, tempat yang selama ini hanya aku baca dalam media koran ataupun buku saku yang biasa aku bawa. Tempat ini tempat yang selalu ingin aku datangi, arena sudah layaknya sebuah surga bagiku.

Untuk meredakan kegugupanku, aku mencoba memperhatikan sekitar.

Sekitar Arena di penuhi lapangan hijau yang luas, posisi pohon yang ditempatkan beraturan menjadikan tempat ini semakin indah untuk dipandang.

Tempat ini cukup ramai ya.

Jauh di dekat arena terlihat beberapa anak muda yang sedang jogging mengelilingi area luar arena. Terlihat juga beberapa orang yang duduk santai menikmati hijaunya pepohonan. Serta para pedagang yang menjajakan dagangannya dan beberapa penjaga yang berdiri tegap, penjaga itu mengingatkanku akan pekerjaanku.

Semakin langkahku mendekati arena, semakin tinggi rasa penasaranku.

Apa yang bisa aku temukan didalam sana?

💥💥💥

Author: "Sarah, kau bisa menemukan jodoh /gak."

Sarah: "Gelud yuk Thor."

Apakah yang akan Sarah temukan di dalam Arena?

Selanjutnya di Eris Project. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Eris Project: The Lost MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang