Empat

904 130 55
                                    









     Ssss—sh!

Renata baru saja menapak turun dari mobilnya bersama adik laki - lakinya, Darrel, untuk janji menjenguk teman sekelasnya, Juna Ksatria, di rumah sakit sore itu seperti janjinya tadi siang pada Doni, tapi bersamaan dengan itu dilihatnya sosok Pandhu muncul di pintu.

"Hai, jagoan!" Doni mengulurkan telapak tangannya untuk ber-high five dengan bocah 6 tahun adik Renata itu, yang seketika mengulas senyumnya lebar dan menepukkan telapak tangannya pada Doni.

"Sapa Kak Doni," ujar Renata.

"Kak Doni!"

"Dari rumah, Ren?"

"Enggak. Dari tempat les Darrel, makanya sekalian gue ajak kesini, males bolak - balik ke rumah."

Sementara Pandhu, yang berdiri tidak jauh dari mereka, perhatiannya tersita oleh kedua temannya itu. Menepis niatannya untuk menjemput kedatangan kakak laki - lakinya, Prabu, Pandhu pun iseng mendekat dan menepuk punggung Doni.

"Loh, Mas Pandhu masih di sini? Kirain udah pulang?" tanya Doni, menoleh padanya.

"Belum. Cuma Lintang aja yang barusan balik. Mas Prabu bilang mau kesini soalnya, mau lihat kondisi Juna."

"Oh ya?"

"Hm," jawabnya, beralih pada Rena yang hanya mengerling dingin seperti biasanya. Gadis itu menunduk menyentuh puncak kepala bocah kecil yang datang bersamanya, tanpa disangka, berkata pelan,"Adek, ini namanya Kak Pandhu."

Demi? Pandhu terbelalak, mengatupkan bibirnya hanya demi tidak mengucapkan umpatan, tak percaya bahwa Rena menyebut namanya dengan embel - embel 'Kak' pada bocah kecil itu, tapi dia pun mengulum senyumnya dan menekuk lututnya hingga pandangannya sejajar dengan bocah itu yang menyapanya,"Kak Pandhu..."

"Hai, siapa namanya?" Pandhu bertanya sambil mengangkat telapak tangannya.

"Darrel," jawab bocah itu, menepukkan telapak tangan kecilnya sekilas. Wajahnya mirip dengan Rena, berikut lesung pipi di satu sisi wajahnya.

Mengacak ringan puncak kepala Darrel, Pandhu menengadah memandang pada Rena. Adek ipar—"Adek lo, Ren?"

"Iya," jawab Rena singkat.

"Mas, itu Mas Prabu dateng," ujar Doni menyela, membuatnya beranjak menegakkan tubuhnya dan beralih pada sosok kakak laki - lakinya yang baru saja turun dari mobil.

Rena mendengkus pelan. Males banget, kirain ini orang udah pergi dari tadi, taunya malah... Sambil memegangi pundak Darrel di sisinya, dia mengawasi sosok pria yang baru datang itu. Wajahnya satu tipe dengan Pandhu. Mungkin kakaknya.

"Yuk, Ren," ujar Doni, mengajaknya untuk menjenguk Juna di ruangan di mana dia dirawat.


                 

     Juna Ksatria Atmadja, sepupu Doni dan juga Pandhu, tampak menyeringai lebar saat melihat kedatangan mereka. Berdasarkan cerita Doni, si bengal itu dikeroyok oleh sekelompok orang tidak dikenal.

     Rena memandang ngeri wajahnya yang penuh lebam, sementara memperhatikan pembicaraan kakak laki - laki Pandhu dengan pemuda teman satu kelasnya itu. Yang bukan cuma sekedar basa - basi, karena pria bernama Prabu itu berkata pada Juna, "Kamu sama sekali nggak tau berarti muka pelakunya?"

     Juna meringis. "Enggak, Mas."

     "Tapi harusnya masih bisa ditelusuri sih itu pelakunya. Nanti Mas biar ngomong sama Om sama Tante gimana baiknya," ujar Prabu, menggaruk alisnya sekilas.

Serein Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang