Empat Belas

1K 138 97
                                    









     Melbourne, musim semi, satu setengah tahun kemudian.





"Rena belum bisa pulang, Ma. Mungkin liburan musim panas berikutnya Rena usahain pulang. Mama nggak usah khawatir, Rena baik - baik aja kok di sini."

Sepertinya itu sudah ketiga kalinya dia menerima dan menjawab pertanyaan yang sama dari mamanya: kapan dia pulang.

Renata enggan untuk pulang meski dia rindu bertemu dengan Darrel dan mamanya. Berada di lingkungan baru yang sama sekali berbeda, bertemu teman - teman baru yang menyenangkan, juga adalah salah satu alasan kenapa Renata betah tinggal di negara itu.

Dan meski dengan banyak penyesuaian yang harus dia lewati, tapi sejauh ini kuliahnya pun berjalan dengan cukup baik.

"Rena, aku mau ke supermarket sebelum pulang ke rumah, kamu ikut nggak?" tanya salah satu teman sekelas yang sama - sama berasal dari Indonesia dan tinggal di satu rumah sewa dengannya, di akhir kuliah mereka sore itu.

"Oh, aku habis ini mau ke toko buku, sorry ya."

"Ya udah. Mau nitip sesuatu nggak?"

"Enggak sih, nanti aja abis dari toko buku aku belanja sekalian."

"Okay, babe, see you."

Melambaikan tangannya sekilas, Renata pun melangkah cepat meninggalkan koridor kelas terakhirnya hari itu.

Matahari masih terasa hangat. Dia menyukai warna senja pada musim semi seperti ini, karena mengingatkannya pada seseorang.

Tsk! Mendengkus pelan, dia meneruskan langkahnya tapi senyum lebar yang ditangkap olehnya kemudian membuatnya seketika berhenti.

"Long time no see..."





     Dengan senyum terkembang, Renata memandang tak percaya pada Pandhu yang perlahan melangkah mendekat dan berhenti di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Dengan senyum terkembang, Renata memandang tak percaya pada Pandhu yang perlahan melangkah mendekat dan berhenti di hadapannya.

"Apa kabar, Nona?"

Mengulum senyumnya, dia menjawab, "Gimana bisa lo di sini?"

"Kenapa enggak?"

"Jangan bilang lo terbang jauh - jauh dari London ke Melbourne?"

"I did," jawab Pandhu dengan seringai jahilnya.

"Demi?"

"At least, tanyain dulu kabar gue, boleh nggak?"

"Hahaha...okay, sorry... so, how are you?"

"As nice as I see you."

Pandhu tertawa karena pukulan ringan Renata di satu sisi lengannya.

"Seriusan, gimana lo tau gue di sini? I mean, at this hour, right here, after class..." Renata menatapnya ingin tahu.

Serein Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang