Sepuluh

737 131 28
                                    






              
     Heck!

     Tentu saja Rena panik. Dia panik karena selain ruang sempit itu menjadi gelap total, Darrel merengek ketakutan.

     Satu - satunya yang terlihat olehnya di situ adalah nyala merah tombol lift. Merogoh ponselnya dengan tangan gemetar, Rena menyalakannya untuk memberi terang penglihatannya sementara dia mencoba menekan tombol darurat berkali - kali. They're trapped now.

     "Kak Rere, kita nggak bisa keluar ya?? Darrel takut, Kak."

     Pandhu?

     Ketika Rena mengarahkan sorot layar ponselnya, pemuda itu berlutut sambil merengkuh Darrel dalam dekapannya. Dalam remang itu Rena yakin dia menangkap raut tidak berdaya di wajahnya saat Pandhu menoleh padanya.

     "Ren... please jangan matiin ponselnya. Gue nggak bisa napas kalau gelap..."

     Rena tercekat mendengar Pandhu terbata berbicara padanya.

    "Dhu...?"


          
     Tubuhnya bergejolak hebat seiring dengan napasnya yang mulai tersesak. Seketika dia kesulitan membuka matanya karena ingatan akan trauma masa kecilnya yang dengan mudah menyergapnya dalam ketakutan sementara dia berusaha mendekap Darrel dan menenangkannya.

     Dia bahkan hanya samar - samar mendengar Renata berbicara dengan petugas yang menjangkau mereka melalui lubang speaker di salah satu sisi lift beberapa saat setelah mereka terjebak di situ. Dia tidak bisa mendengar mereka dengan jelas karena kepalanya penuh dengan suara - suara jeritan kecilnya dari ingatan saat dia terjebak dalam gelap gudang yang terkunci.

"Kak... Kak Pandhu..." Darrel memanggilnya.

Dengan mata setengah terpejam dia menarik bibirnya tersenyum dan berkata rendah, "Nggak papa, Darrel jangan takut."

"Kak Rere... Kak Pandhu badannya panas," ujar Darrel dengan suara panik.

Yang terjadi kemudian adalah dia merasakan tepukan di pundaknya dan suara Rena berkata, "Dhu? Dhu, lo nggak papa? Dhu, lo denger gue kan?"



     Benar yang dikatakan Darrel: tubuh Pandhu terasa panas bahkan saat Rena hanya memegang pundaknya.

Dia mengumpat dalam hati, kesal karena baterai ponselnya telah berubah merah dalam sekejap dan sepertinya tidak akan bertahan hingga sepuluh menit ke depan. Sementara dia was - was jika sesuatu terjadi pada Pandhu saat dilihatnya pemuda itu berlutut tanpa tenaga sambil memeluk Darrel.

"Darrel, sini peluk kakak," Rena berusaha mengurai lengan Pandhu, membantunya untuk duduk di lantai dan bersandar di dinding lift, dan membawa Darrel beralih memeluknya.

Dan reaksi Pandhu kemudian adalah duduk meringkuk dengan kedua tangan menutupi kepalanya ketakutan, membuat Rena semakin khawatir.

Kenapa dia kayak gini? Rena memandangnya bingung, tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Ragu - ragu dia mengulurkan tangannya menyentuh lengannya dan berkata, "Dhu, kita bakal keluar kok."

Dia sempat mendengar Pandhu bergumam pelan menjawabnya sebelum ponselnya akhirnya mati.

"Ren..."

"Iya, Dhu, ponsel gue mati. Low bat."

Pandhu tidak menyahut, tapi Rena bisa merasakan napasnya memberat.

"Dhu..."

Pandhu diam bergeming. Bagaimana jika dia pingsan?

"Kak, Kak Pandhu kenapa?"

Serein Where stories live. Discover now