Lemon Baby

Eomma

Semua orang tau, Hyeongjun adalah satu-satu nya yang paling dekat dengan ibunya di banding yang lain.

Semua orang tau, Hyeongjun tidak pernah di perlakuan buruk oleh ibunya. Melainkan anak itu mendapatkan limpahan kasih sayang dari ibunya.

Karna itu, sosok ibu adalah sesuatu yang sulit di lupakan oleh bayi lucu mereka.

Dulu ketika Seungyoun menjemput Hyeongjun, laki-laki itu tidak pernah tega untuk memisahkan keduanya.

Ikatan keduanya begitu kuat hingga Seungyoun sempat menyerah untuk mengambil Hyeongjun.

Keadaan yang mendukung Seungyoun hingga bisa mengambil Hyeongjun.

Bahkan hingga saat ini Hyeongjun akan mengingat jika ibunya sedang pergi dan nanti dia akan di jemput.

Ingatan yang kuat untuk seukuran anak-anak.

Tidak pernah terpikir sekalipun oleh mereka bahwa Hyeongjun masih mengingat ibunya.

Tidak pernah sekalipun terpikirkan oleh mereka jika Hyeongjun akan sulit melupakan ibunya.

Hyeongjun seperti boneka lucu yang di minta dari pemiliknya, namun.. Jika pemiliknya menginginkan boneka nya kembali. Apa yang bisa di lakukan selain menyerahkan nya kembali?

Tapi, mampukah?

Mampukah mereka mengembalikan boneka tersebut kepada pemiliknya?

Untuk pertama kalinya...

Sekarang kekuatan ikatan persaudaraan mereka akan di uji.

Hyeongjun adalah pionir.

Hyeongjun adalah tiang.

Hyeongjun adalah pondasi.

Hyeongjun adalah jantung.

Hyeongjun adalah nyawa.

Hyeongjun adalah rumah.

Hyeongjun adalah kebahagiaan.

Dan jika semua itu pergi, apa yang akan terjadi?

.
.
.

Seungyoun tersenyum kecil ketika melihat Hyeongjun yang tertawa lepas ketika Dongpyo dan Minhee mengejarnya.

Mereka terlihat bahagia.

Sangat bahagia.

Tapi bagaimana jika Hyeongjun tidak berada disana?

Mungkinkah kebahagiaan itu tetap ada?

"Sesuatu menganggumu?" tanya Hangyul

"Tidak" ucap Seungyoun

"Kau yakin?"

Seungyoun mengangguk "ya"

"Aku tidak tau jika rumah ini akan seramai ini" ucap Hangyul

Seungyoun tersenyum "hm"

Tapi bagaimana jika Hyeongjun tidak disana?

Apakah tawa akan tetap terdengar?

"Hangyul"

"Hm?"

"Bagaimana jika si kecil tidak ada disana?"

"Maksudmu?" tanya Hangyul mengerutkan keningnya bingung

"Aku hanya berfikir. Bagaimana jika si kecil tidak ada disana"