3.Bersayap tapi bukan malaikat

16.8K 1.1K 58
                                    


Lebih baik merasakan sakit karena luka yang tertoreh ditubuhku. Dari pada melihat mu merintih menahan sakit, itu lebih menyiksa ku...

♡♡♡♡

Sepi dan tenang, hanya suara kasak-kusuk murid membahas soal yang tertulis di papan. Itulah suasana kelas 12 Ipa1.

Suasana tenang itu bertahan sampai Gandi berteriak membuat seisi kelas menoleh kearahnya.

"Bangke... Ngapa tuh Eri jongkok sambil dikerumunin gitu." Gandi menunjuk ke lapangan basket. Dimana Valerie tengah jongkok dengan wajah pucat dan dikelilingi teman-teman sekelasnya.

"Pucat banget mukanya..." Elang bangkit dari kursinya dan bergegas menemui gadis itu disusul ketiga temannya yang lain. "Bu Endang maaf, kami mau ijin sebentar. Kelihatannya Valerie sakit."

"Iya silahkan.." Dengan mudah guru kimia itu mengijinkan Elang dan yang lain keluar kelas. Bukan karena pilih kasih atau bagaimana. Beliau memberi ijin, karena tahu bahwa Elang dan yang lain pasti bertanggung jawab atas segala tindakan mereka. Prestasi akademik mereka juga tidak perlu diragukan lagi.

Keempat cowok ganteng itu berlari sepanjang koridor menuju lapangan. Raut khawatir terlihat jelas pada wajah mereka.

"Eri kenapa pak?" tanya Elang pada pak Joko, guru olahraga mereka begitu mereka berada di dekat Valerie.

"Bapak juga tidak tahu. Tiba-tiba Valerie mengeluh sakit perut. Dibawa ke UKSs aja Lang." Tanpa banyak bertanya lagi, Elang langsung membopong Valerie menuju UKS diikuti ketiga temannya yang lain.

"Sakit... Lang..." rintih Valerie sambil menyerukkan kepalanya di dada bidang Elang, mencari kenyamanan.

"Stttt... Sabar Er, kita cari obat di UKS," lirih Elang menenangkan Valerie.

Brakkkk

Gaung membuka pintu UKS dengan tidak santai, membuat dokter jaga di dalam sana berjengkit terkejut.

Elang meletakkan Valerie di salah satu ranjang di sana.

"Kalian keluar dulu. Biar saya periksa Valerie!" perintah dokter muda yang bernama Yoga itu.

"Kenapa harus keluar? Kita mau nemenin Valerie disini dok," protes Elang yang diangguki tiga cowok yang lain.

"Kalian kan cowok, masa mau lihat saya meriksa Valerie," geram Yoga karena sikap posesif keempat sahabat gadis yang terlihat pucat itu.

"Emang dokter bukan cowok? Gak baik kalau cowok-cewek berduaan saja di ruangan begini." Bagus mengangkat wajahnya, menatap Yoga dengan pandangan songong.

"Kalau saya ikut keluar, terus yang periksa Valerie siapa?" Yoga berusaha bersabar menghadapi keempat murid ganteng nan cerdas itu. Tapi entah kemana kecerdasan mereka sekarang.

"Buruan keluar cumi!!!" geram Valerie yang mulai jengah dengan kelakuan sahabatnya itu, "sakit ini..." Pelototan mata Valerie, ampuh membuat keempat cowok itu kicep dan langsung berlalu dari tempat itu. Walau mereka keluar dengan mulut manyun dan ngedumel tidak jelas.

Selang beberapa waktu, dokter Yoga membuka tirai pembatas meja jaga dan ranjang pasien. Dokter Yoga menghampiri empat cowok yang berdiri bersender di tembok dengan wajah yang masih ditekuk.

ARAKATA (Pindah di NovelToon)Where stories live. Discover now