ES - 22

25 5 0
                                    

Dirumah megah bercat putih elegan dengan dihiasi bunga-bunga yang cantik disekelilingnya menambah kesan rumah yang damai dan tenang, yang didalamnya saat ini hanya ada seorang gadis remaja.

Gadis itu tengah memainkan handphone bewarna rose gold, jari jemarinya menari-nari diatas layar pesergi panjang itu. Mengscrool keatas dan kebawah.

"Yaelah," celetuknya malas.

Sudut bibirnya mengangkat, menunjukkan senyum smirk nya. Ia tersenyum nakal setelah mendapat kabar yang ia tunggu-tunggu sejak kemarin.

Dan kabar yang ia tunggu ternyata membuahkan hasil yang puas, sehingga mampu membuat gadis itu tersenyum puas.

Ia mematikan handphonenya, menaruhnya tepat disebelah ia duduk. Tangan kanan dan kirinya mulai menata rambutnya yang sedikit berantakan. Lalu kembali tersenyum smirk.

"Lega deh gue,"

Setelah mengucapkan kata-kata itu, gadis yang mengenakan pakaian tidur bewarna pink bercorak seekor babi merentangkan kedua tangannya dan mencoba tidur disofa panjang yang empuk itu.

Cuaca dipagi hari ini sangat sejuk, banyak angin yang berlalu lalang, langit yang sedikit mendung disertai kilatan petir yang mulai terdengar.

Seorang gadis tengah menahan rasa takutnya disalah satu tokoh antik, ia berdiri didepan tokoh yang sudah mulai tutup. Tubuhnya bergetar saat kilatan petir terdengar dan semakin lama semakin kencang.

Gadis itu membawa parsel berisikan buah yang ukurannya lumayan besar, pagi ini ia bergegas cepat menuju supermarket membeli banyak buah dan menuju kerumah sakit. Tetapi, baru saja ia keluar dari supermarket suara-suara petir terdengar hebat, ia tidak berani untuk melangkah lebih lanjut untuk melanjutkan perjalanannya.

Lebih baik, ia menunggu hingga suara petir itu tidak lagi terdengar.

"Duh, gimana nih." katanya risau, karena bukan yang ia harapkan terjadi. Rintik demi rintikan hujan mulai membasahi bumi semakin lama semakin deras dilengkapi dengan angin yang kencang dan juga suara petir yang menggelenggar.

Saat suara petir terdengar, gadis yang hanya menggenakan celana jeans repped dan kemeja putihnya itu mencoba menutup kedua telinganya, agak susah karena ia membawa parsel buah yang cukup besar dan berat.

"Alviraaa!"

Teriakan dengan suara berat khas laki-laki terdengar dari dalam mobil bewarna putih, laki-laki itu memanggil nama Alvira dengan lantang lalu melambai-lambaikan tangannya.

Sontak Alvira langsung menoleh pada sumber suara, ia ikut melambai-lambaikan tangannya pada laki-laki yang berada didalam mobil sedan.

"Sini!!" teriak cowo itu lagi,

Alvira menggigit bibir bawahnya, "Gue takut!!" jawabnya lebih kencang.

Mau tidak mau, laki-laki itu keluar dari dalam mobilnya turun menghampiri Alvira menerjang hujan. Kedua tangannya menutupi kepalanya, laki-laki itu berlari kecil dan menengok kanan dan kiri saat menyebrangi jalan.

Dengan pakaian yang sudah mulai terlihat basah oleh hujan, ia berhasil menghampiri Alvira.

"Lo ngapain disini?" tanya laki-laki itu.

"Gue abis dari supermarket beli ini," Alvira menunjuk parsel buah yang ada ditangannya menggunakan dagunya. "Trus mau kerumah sakit, tapi ada petir." lanjutnya.

Laki-laki itu mengangguk paham, sorot matanya melihat parsel yang pasti lumayan berat. Dilihat dari besarnya ukuran parsel dan banyaknya buah.

"Sini, gue yang bawa." laki-laki itu mengambil parsel yang ada ditangan Alvira dan mengambil alih untuk membawanya.

Ending SceneOnde histórias criam vida. Descubra agora