⚫ Part 18. |New Version|

388 28 1
                                    

Selamat membaca.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

_________________

‍‍‍‍‍‍‍‍‍"Huh! Gue capek nanyi, ternyata nyanyi gini asik juga, " Kataku membuat kami tertawa.

"Gue juga engga nyangka, jalan sama ice girls kayak lo bisa seasik ini, ternyata lo asik juga."

"Makasih ya, baru kali ini gue bebas berekspresi, gila kalo ada paparazi bisa abis gue." Curhatku.

"Udah itu urusan belakang, kita lupain dulu semuanya, anggap aja disini ini cuma ada kita."

"Mereka cuma ngontrak." Kata kami bebarengan lalu tertawa kembali.

"Udah siang, makan yuk!" Ajak Rayan membuat aku melihat jam yang melingkar di lengan tangan.

Aku menepuk pelan kening. "Astaga saking asiknya kita keliling Jakarta sampai lupa waktu."

"Mau makan apa? Lo suka pedas?" Tanya Rayan membuat aku mengangguk dan menggeleng. "Yang bener mana? Suka engga?"

"Engga tahu, kadang suka kadang juga engga, tergantung mood sih, emang mau makan apa?"

"Mau mie ayam? Gue pingin nih."

"Umm boleh deh, entar gue traktir!"

"Serius? Yes makan gratis!" Katanya sembari menari membuat aku terkekeh dan menegurnya bila dia sedang menyetir.

Kami duduk di bangku yang ada di bawah pohon sembari menikmati mie ayam yang ada di hadapan kami.

"Gue boleh nambah?" Tanya Rayan membuat aku tertawa kecil lalu mengangguk.

"Mang! Mie ayam satu lagi!" Pesannya tanpa menjaga image.

"Kata buku yang pernah gue baca, cowok kalo di traktir cewek pasti nolak, lah lo kok engga sih? Apa buku itu yang salah?"

"Kalo menurut gue peribadi sih, ngapin nolak, orang rezeki juga. Cowok yang nolak itu sebenarnya muna, mana ada yang mau nolak makan gratis." Aku menanggapi dengan anggukan.

"Makasih ya udah traktir. Gue nambah lagi,"

"Engga masalah, malah gue yang harus bilang makasih sama lo, soalnya lo udah mau nemanin gue, makasih."

"Oke, sering-sering aja ya gue ajak lo main, lumayan bisa makan gratisan." Katanya membuat aku menggelengkan kepala.

"Iya lo tenang aja, tuh mie lo udah datang!" Instruksi ku.

Kami berkendara kembali mengelilingi kota di siang hari, bedanya atap mobil miliki sudah tertutup demi menghindari terpaan sinar matahari secara langsung.

"Sha, panas gini, enaknya makan yang dingin,"

"Es batu?"

Dia berdecak. "Mau eskrim? Gue traktir deh!" Tawarnya membuat aku berfikir laku mengangguk.

"Oke kita udah sampai!" Katanya.

Dari Tanisha Untuk Semua [New Version]✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt