BAB 1 : MAKAN MALAM

7.4K 154 4
                                    

Rachel membereskan meja dan alat tulisnya dengan cepat. Buku-buku yang sempat tergeletak acak di atas mejanya sudah disapu bersih dan dimasukkan kedalam tas dalam waktu kurang dari tiga menit. Bibirnya tak henti mencetak segurat senyum.

Hari semakin beranjak sore. Rachel semakin mempercepat langkah kakinya menuju gerbang saat menyadari langit pun mulai kelabu. Pasti Argan sudah menunggu didepan, batinnya.

"Ra!"

Rachel mendadak berhenti saat mendengar namanya dipanggil. Ia menoleh kebelakang. "Eh lo, Nat. Kenapa?"

"Lo mau ngapain buru-buru banget? Takut diguyur hujan lo?" Nathan melangkah lebar-lebar untuk menyamai posisi Rachel berdiri yang sudah jauh berada didepan.

Rachel terkekeh kecil seraya melanjutkan langkahnya. "Ya sekalian juga gue takut diguyur hujan. Tapi sebenarnya sih malam ini Argan ngajakin gue makan diluar, jadi gue mau pulang cepet buat siap-siap lagi di rumah..."

"Yaampun, Ra. Ya ga gitu juga kali walaupun lo mau buru-buru. Lo jalan udah kayak dikejar apa aja. Ntar kalo kesandung terus keseleo terus ga jadi pergi gimana? Mau lo?" Kini Nathan sudah berhasil menyamai posisi Rachel.

"Ya enggak gitu maksudnya, Nat. Gue takutnya Argan udah nungguin lama diluar. Terus gue juga ngeburu waktu takut ga sempet nanti."

"Ga sempet apa? Ga sempet dandan maksud lo?" terka Nathan sambil melirik Rachel.

Rachel merapikan rambutnya yang berterbangan tertiup angin. Langit semakin mendung. Udara pun mulai terasa dingin. "Tau aja lo," sahut Rachel terkekeh.

Nathan refleks tergelak mendengar jawaban gadis itu. Rupanya terkaannya tepat sasaran, padahal tadi ia hanya meledek Rachel.

"Argan tetap suka sama lo kali, Ra, mau lo dandan atau enggak. Tenang aja deh lo. Argan gak akan liat siapa-siapa lagi," ucap Nathan meyakinkan bertepatan saat mereka sampai didepan gerbang. "Btw, mana dia? Kok ga ada?"

Rachel tengah sibuk menekan-menekan layar ponselnya saat Nathan bertanya, jadi ia tidak terlalu menanggapi ucapan sahabat sejak kecilnya itu.

"Lo udah coba hubungi belom, Ra?"

"Udah, ini barusan gue chat. Katanya bentar lagi nyampe," Rachel memasukkan kembali ponselnya kedalam tas dan duduk di bangku panjang dekat gerbang, "eh lo ga pulang, Nat? Kok malah ngikutin gue kesini?" tanya Rachel saat melihat Nathan ikut duduk disampingnya.

"Gue nungguin lo sampai dijemput aja."

"Eh gue gak apa-apa kok. Lo duluan aja gak apa-apa. Bentar lagi juga Argan nyampe," tolak Rachel halus. Ia tidak mau menahan Nathan disini hanya demi menungguinya ketika hari sudah semakin gelap. Lagipula, pria itu pulang dengan mengendarai motor. Sudah pasti Nathan akan kehujanan nanti dan akhirnya menunda kepulangannya jika harus berteduh terlebih dahulu.

"Santai aja kali, Ra. Masa gue main cabut gitu aja ninggalin cewek sendirian disini?" jawab Nathan santai sembari mengeluarkan sebotol air mineral dari dalam tasnya. "Mau minum?"

Rachel melirik botol minuman berwarna abu-abu dengan corak abstrak itu. "Boleh deh," tangan Rachel segera mengambil botol itu dari Nathan dan meneguk isinya.

"Lo terakhir minum kapan?" celetuk Nathan.

Rachel menyelesaikan kegiatan minumnya yang tergesa-gesa dan menutup botolnya kembali. "Hehe, tadi pas istirahat. Gue haus banget. Lo pengertian banget deh, Nat." Rachel cekikikan seraya mengembalikan botol minumnya pada Nathan.

Cowok itu mendengus. "Kenapa tadi ga minta kalo haus? Kan lo tau gue selalu bawa minum." Nathan menenggak sisa air di botolnya yang hanya tinggal seperempat.

BETWEEN Where stories live. Discover now