BAB 4 : TOKO BUKU

937 45 0
                                    

Argan melangkahkan kakinya santai memasuki gedung perkantoran yang berdiri kokoh dan menjulang tinggi di hadapannya. Ia membenarkan sedikit letak kancing lengan kemejanya karena sepanjang perjalanan tadi belum sempat ia pasang rapi.

Semua manusia yang kebetulan lewat langsung menyapa dan menundukkan kepalanya begitu sosok bos mereka tiba di lobi kantor. Begitu pula dengan perjalanan selanjutnya menuju ruang khusus CEO yang berada di lantai 15. Setiap karyawan yang berpapasan dengannya pasti akan menegur sapa laki-laki itu, sang atasan.

Argan sampai didepan ruangannya dan langsung masuk ke dalam. Suara ketukan pintu terdengar tak lama setelah ia duduk di kursi kebesarannya dan membuka laptopnya. Jas kerjanya yang berwarna hitam sudah disampirkan di belakang kursi besar yang ia duduki.

"Masuk," ucapnya merespons ketukan tersebut.

Pintu terdorong ke belakang ketika si pengetuk membukanya. Seorang wanita bertubuh tinggi muncul dan masuk ke dalam ruangan itu.

"Maaf, Pak, saya hanya ingin mengingatkan kalau tiga puluh menit lagi akan ada meeting dengan pak Rudi di ruangan VIP," lapor Lita, si sekretaris berkacamata agak tebal dengan rambutnya yang sebatas bahu.

Argan melirik sekilas wanita itu dan segera mengiyakan, "Saya mengerti. Pastikan manajer dan beberapa karyawan dari divisi pemasaran sudah ada di tempat sebelum pak Rudi datang."

Lita membenarkan letak kacamatanya, lalu sedetik kemudian mengangguk. "Baik, Pak."

"Setelah jadwal dengan pak Rudi, apa lagi jadwal saya hari ini?"

"Tidak ada, Pak. Hari ini hanya ada meeting dengan pak Rudi membahas proyek kerja sama untuk produk baru yang akan dilepas ke pasar dan setelah itu jadwal meeting Bapak tidak ada lagi untuk hari ini," sahut Lita, sambil membuka-buka lembaran berkas yang ada di tangan kirinya.

"Baik kalau begitu. Kamu bisa kembali bekerja."

"Em, maaf, Pak, sepertinya ada yang salah...," ucap Lita tiba-tiba. Ia membuka kembali lembaran terakhir berkas yang dibawanya dan baru menyadari satu hal. "Oh ya, Pak, kemarin pak Rudi sempat mengonfirmasi kalau beliau tidak bisa hadir dalam meeting hari ini, namun akan digantikan oleh saudara laki-lakinya, Pak."

Argan agak terusik dengan pemaparan Lita kali ini. Ia mengalihkan pandangannya dari laptop untuk menatap wanita yang masih berdiri disana dengan wajah yang sudah berubah takut itu. Mungkin ia mencemaskan keteledorannya yang melupakan hal ini.

"Ini meeting penting, bukan?" tanya Argan dengan alis berkerut.

"Iya, Pak," jawab Lita, menatap wajah bosnya dengan ragu karena merasa terintimidasi dengan tatapan tajam yang ditujukan padanya.

"Apa saudara laki-lakinya paham mengenai proyek ini?"

"Saya tidak tahu pasti, Pak. Tapi saat pak Rudi mengonfirmasi via telepon dengan saya dua hari lalu, beliau mengatakan bahwa ia benar-benar tidak bisa hadir karena ada suatu keperluan yang harus diselesaikan dan itu akan berlangsung untuk waktu yang cukup lama sehingga semua kegiatan luar yang ada bagi perusahaannya akan diwakilkan oleh saudara laki-lakinya, Pak," urai Lita panjang lebar. Ia tidak melewatkan lagi semua detail yang ia ketahui.

Argan berpikir sejenak, merasa sedikit sebal dengan tindakan salah satu klien pentingnya ini. Ia mengalihkan kembali pandangannya ke laptop. "Ya sudah. Kita lihat saja nanti. Yang terpenting orang-orang kita jangan sampai telat. Koordinasi dengan mereka semua. Saya akan segera kesana."

Lita mengangguk paham. "Baik, Pak, akan saya koordinasikan. Saya permisi, Pak."

"Kamu juga bisa langsung tunggu saja saya di ruangan. Tidak perlu bolak-balik kemari lagi," ujar Argan sebelum Lita menarik kenop pintu.

BETWEEN Onde histórias criam vida. Descubra agora