EMPAT - Seleksi?

41 11 65
                                    


Happy Reading!

-----------------------------------------------------------


"Assalamualaikum, Pak. Maaf terlambat." ucapku sembari membuka pintu perpustakaan yang sekarang dijadikan tempat seleksi olimpiade biologi.

Kemarin aku sudah menghubungi Pak Panji via telepon dan memberitahu bahwa aku menerima tawaran olimpiade itu. Tapi ternyata ada sedikit perubahan regulasi.

Pihak kepala sekolah merubah keputusannya untuk langsung menunjuk satu orang, melainkan memilih 4 orang dari kelas unggulan untuk kemudian diseleksi siapa yang pantas menggantikan posisi Kak Rey mewakili SMA Indonesia Raya. Mengingat, hadiah yang akan didapatkan juga tidak main-main, jadi pihak sekolah tidak mau rugi.

Alhasil aku belajar semalaman mengenai materi biologi. Agar aku bisa mengikuti olimpiade itu dan mendapatkan gratis spp jika aku menjadi juara. Dengan keadaan restoran ibuku yang sedang seperti itu, tentu aku ingin sedikit meringankan beban beliau dengan usaha semampuku.

"Wa'alaikumsalam. Eh iya Lea, langsung duduk saja di sebelah sana. Gabung sama yang lain." jawab Pak Panji yang sepertinya kini akan menjadi mentor seleksi olimpiade biologi.

Aku megedarkan pandangan ke arah 4 anak lain yang sudah pasti ditunjuk oleh Pak Panji juga. Aku meneliti wajahnya satu per satu.

Dari yang paling ujung kanan, seorang laki-laki yang masih sibuk dengan buku tebal nya, dengan tampang kutu buku yang terlihat sangat jelas. Dengan baju osis yang dimasukkan, sepatu hitam, dan dasi yang sangat rapi. Ah, muka-muka Einstein.

Di sebelah laki-laki itu, terdapat perempuan berkaca mata dengan rambut digerai, sedang membaca buku juga. Wajahnya cantik, dari penampilannya juga terlihat berintegritas. Pasti ini otak Maudy Ayunda. Nyaliku sedikit ciut melihat dia membaca buku biologi yang sangat tebal. Apalah dayaku yang mempunyai tampilan dan otak rata-rata ini.

Berbeda dengan kedua orang tadi, di sebelah titisan Maudy Ayunda...

Terlihat seorang perempuan sedang bermain ponsel, dengan tampilan urakan, baju osis yang dikeluarkan, kancing baju atas terbuka, dan sepatu merah di hari selasa!

Oh my God ! Aku tau siapa dia!

"Dia kan Alina Caroline alias Lin itu..." ucapku setengah tak sadar jika Lin masih memiliki pendengaran yang waras dan sudah pasti Lin mendengarnya.

"Apa? Lo manggil gue?"

Yap benar! Lin benar-benar ikut seleksi olimpiade biologi ini. Tepat seperti dugaan Kay.

"Eh enggak enggak," jawabku agak kikuk sembari mendudukan pantatku di kursi yang berada tepat di depan Lin.

Entah ada angin apa, aku yang gabut menunggu Pak Panji menyiapkan soal malah jadi memiliki ide untuk berkenalan dengan Lin, karena aku kan emang baru tau dia, belum kenal.

"Kenalin, gue Leandra Olivia Sava. Panggil aja Le." ucapku ramah sembari mengulurkan tangan pada Lin.

Lin yang masih sibuk dengan ponselnya, hanya menoleh sedikit ke arahku dengan ekor matanya.

"Hmm. Tapi lebih baik lo simpen aja tangan lo itu. Gak sudi gue salaman sama lo. Kotor."

Lah? Dia kenapa? Aku hanya mengerutkan kening dan kembali menarik tanganku yang sudah terlanjur aku ulurkan.

LEANDRAWhere stories live. Discover now