∅ 1.O [최산]

1.7K 462 88
                                    

"choi san, sepertinya menarik." gumam hyunsuk sembari membaca data diri san. terlalu serius sampai-sampai tak sadar kalau byounggon sudah berdiri di sampingnya.

"kau memanggilku?" kejut pria bertubuh jangkung itu. hyunsuk meloncat kaget, kehadiran byounggon mirip sekali dengan hantu.

byounggon tertawa, "tak perlu kaget begitu, ada apa?" tanyanya kemudian. hyunsuk mengalihkan pandangannya, mengetuk meja, dan menunjuk data diri choi san.

"ah, selanjutnya choi san ya?" byounggon berdeham, kemudian membaca sekilas isi kertas itu.

"membunuh seorang siswa? wah, cukup impresif." hyunsuk mengangguk tanda setuju. "kalau begitu kau tekan juga dia, berikan sedikit morfin dan boom, selesai." suruh byounggon, namun hyunsuk masih diam.

"kenapa diam? bukankah kau dapat melakukannya dengan mudah?" alis byounggon naik, pertanda tak mengerti.

hyunsuk menghembuskan nafas panjang. "itu sulit, byounggon. kalau dilihat-lihat choi san tidak serapuh seonghwa, tidak semudah membujuk hongjoong. ku lihat dia dingin sekali." tutur hyunsuk dan dibalas dengan -oh panjang dari byounggon.

"tapi, dia malah membunuh temannya sendiri, iya kan? bukankah itu meninggalkan perasaan bersalah yang amat besar?" hyunsuk mengangguk mengiyakan.

"kalau begitu, aku tahu apa yang harus ku lakukan."

"orangtua mereka sudah bercerai, choi san." yang disebutkan namanya meringis, giginya bergemeletuk menahan air mata.

hyunsuk berjalan kesana-kemari di hadapan san, kemudian memberinya sebuah silet besi yang cukup tajam dan baru.

"renjun membunuh dirinya dengan menyayat nadi. sudah dapat kau simpulkan bukan bahwa kedua orangtuanya tak bisa mengikhlaskan kematian anak semata wayangnya? apalagi kalau mereka tahu yang membunuh anaknya adalah..." pria bermarga choi itu menahan kalimatnya sesaat.

"... temannya sendiri. kau, choi san."

penglihatan san mendadak buram, kepalanya terasa pening sekali. sekelebat memori menghampiri otaknya, memori ketika membully huang renjun habis-habisan dengan kawan-kawannya yang lain.

"kau tak bisa merasakan bagaimana menjadi dirinya karena kau tak pernah ada di posisi itu." san tertegun, hyunsuk benar.

"kau punya kekuasaan, kau punya nama, kau punya orangtua yang masih menyayangimu... dan kau, juga punya teman. bagaimana dengan renjun? apakah ia memiliki kekuasaan? nama? orangtua yang menyayanginya? bahkan teman? apakah ia memilikinya? tidak sadarkah kau akan hal itu?" pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan hyunsuk menusuk hatinya.

"semuanya sudah terlambat, choi san. renjun sudah tiada, kedua orangtuanya sudah berpisah, tak ada yang mengunjungi pemakamannya lagi. semua melupakannya. karena apa? ia tak pernah merasakan bagaimana rasanya ada dan diperhatikan." san menangis, ia merutuki dirinya sendiri yang sudah terlampau bodoh.

san menggigit bibirnya kuat-kuat, mencoba untuk tidak berteriak. fakta bahwa ia telah membunuh seorang yang depresi membuat dirinya serasa amat berdosa.

"kalau saja kah mengerti keadaan renjun-" kalimat hyunsuk dipotong oleh san.

"CUKUP!" bentaknya. san meremas rambutnya sendiri, ia sudah terlampau stress.

hyunsuk mengangguk, kemudian meninggalkan san dalam ruangan itu sendiri. di luar pintu ruangan, hyunsuk berhenti. "seharusnya pengaruh morfin itu sudah bekerja," gumamnya.

tiba-tiba saja seseorang datang berlari kearah hyunsuk. menabraknya, membuat punggung hyunsuk terbentur tembok.

"KAU APAKAN SAHABATKU?!" dia jung wooyoung, dengan intonasi tinggi ia bertanya pada hyunsuk.

"tidak ada," hyunsuk memasukkan tangan pada saku celananya.

"BOHONG KAU BAJINGAN!" wooyoung mendobrak pintu ruangan san.

brakkk...

sraattttt....

"SAN!" teriak wooyoung, pemuda itu segera berlari kedalam ruangan menghampiri san yang terkulai lemas. hyunsuk turut membuntuti.

mata hyunsuk mengamati, san memotong kedua nadi di pergelangan tangan kanan dan kiri, juga merobek nadi di lehernya. hyunsuk tak habis pikir, efek morfinnya bekerja cukup kuat untuk usaha bunuh diri seperti itu.

"a-apa kau akan meninggalkan-ku bersama shiber dengan kondisi mengenaskan seperti ini?! YYA! CHOI SAN! JAWAB AKU!" air mata wooyoung mengalir deras, dipangkunya kepala pemuda itu.

"diamlah. dia sudah mati."

pirate tears, ateez [✓]Where stories live. Discover now