#2 HAYKEL

48 10 2
                                    

Tangan yang terkepal mulai basah dipenuhi keringat. Jantung yang berdegup semakin kencang selangkah demi selangkah. Tatapan mereka seolah mengintimidasi tubuh yang bergerak ini. Belum lagi tatapan beliau yang menatapku bak tawanan. Harus kuakui, beliau memang ramah dan receh. Tetapi, saat memberi penilaian, pandangan dari manik yang tajam tersebut layaknya juri di Indonesian Idol, seolah dapat menentukan hidup dan mati seseorang.

"Yak, bisa dimulai sekarang. Tes nada dulu,"ucap Bu Lara.

'Rambadia'

"Yak, mulai."

Fiuh.

'Rambadia, ramba munadaito
Rio-rio, ramba napodso
Marga dia, marga munadaito
Uso-uso, nasomuboto

Ala tipang-tipang-tipang
Polo labaya
Ala rudeng-rudeng-rudeng pong

Ala tipang-tipang-tipang
Polo labaya
Ala rudeng-rudeng-rudeng pong'

PLOK! PLOK! PLOK!

Untung saja aku ada latihan semalam-semalam.

"Bagus, Retta,"ucap Luci saat aku berjalan kembali menuju bangkuku.

Tidak terasa, waktu berjalan begitu cepat, hingga tiba waktunya pulang sekolah.

"Eh Ret, sorry ye, gue hari ini keknya gak bisa pulang bareng lo," ucap Luci saat aku tengah membereskan alat tulisku.

Kami memang selalu pulang sekolah bareng karena selain jarak rumah kami yang dekat, juga lebih menghemat biaya Go-Car.

"Nape?"

"Gue mau latihan paskibra abis ini, tadi si Demi baru kasih tau gue waktu jam istirahat,"jawab Luci langsung buru-buru keluar kelas.

"Owhh, oke denk."

≈≈≈

Aku keluar kelas dan berjalan sembari memutuskan apakah aku harus menunggu Luci atau tidak, karena jadwalku hari ini free. Saat aku berbelok, hendak turun tangga, tiba-tiba saja wajah cowok dingin yang menabrakku tadi berada sangat dekat denganku. Spontan aku terkejut, sehingga menyebabkan kakiku ikutan kaget, yang akhirnya berakhir dimana aku dan dia jatuh bersama. Aku harap aku sedang bermimpi. Masa iya, ini tuh kayak drama-drama china yang biasa aku tonton. Keadaan kami saat ini juga nggak banget, dia menimpaku—dengan kata lain, dia berada di atasku. Atmosfer di sekitar kami juga rasanya berbeda. Biasanya, setelah ini seharusnya adegan dimana si cowok merasa bersalah dan kemudian pelan-pelan mendekati si cewek, dan berakhir dengan hubungan yang lebih serius. Well, itu berlebihan. Wajah sih, oke. Tapi, kenal juga kagak, tau nama juga kagak, apalagi sifatnya. Eh, aku mendengarnya dari Luci tadi siang. Tapi, aku orangnya gak gampang percayaan sama orang lain, jika aku sendiri belum mengalaminya.

"Ekhm,"ucapnya pelan seraya berdiri, mencoba mencairkan suasana.

"Ah, sorry,"ucapku yang ikutan berdiri. "sorry bangett."

"Jadi kita impas sekarang?"

Apanya yang impas?

"Maksudnya?"

"Tadi pagi kita gak sengaja bertabrakan."

"Ohh! Ahh, i—iyaa. Eh tapi tadi pagi, aku juga salah karena jalan gak liat depan."

Ehhh, aku kok kayak udah dibantu malah cari masalah sendiri?!

"Ah, jadi kamu mau ganti rugi dengan apa?"

Song's (L)overWhere stories live. Discover now