Jangan mengambil keputusan di saat emosi. Karena lo, gak akan tahu penjelasan yang sebenarnya.
🎶🎶
Ia menatap gedung bertingkat di hadapanya sambil mengembuskan nafas kasarnya, lalu berjalan masuk ke dalam gedung rumah sakit. Malam ini akan berkujung melihat keadaan Felica.
Terra berjalan ke arah meja repsesionis, menanyalan perihal ruang kamar Felica. Setelah di beri tahu, ia pun berjalan menuju lip untuk naik ke lantai 3. Setelah keluar, Terra pun menyusuri lorong, sambil melihat-lihat nama ruangan yang tadi beritahu oleh perawat tadi.
Saat ia sedang melihat kanan kiri. Tiba-tiba saja ia menghentikan langkahnya kala Terra melihat seseorang lewat kaca yang ia kenal tengah menyuapi makan kepada perempuan. Terra menatap mereka berdua lewat kaca. Sedangkan perempuan yang tengah di suapi oleh lelaki itu sadar jika ada seseorang yang tengah memerhatikan mereka berdua. Ia melirik lewat ekor matanya, dan ia tersenyum mengejek.
"Makannya habisin ya," ujar lelaki itu dengan telaten menyuapi.
"Tapi aku gak suka sama buburnya, hambar Thar," rengeknya dengan wajah sendu.
Dia mengelus rambut perempuan itu dengan lembut."Walaupun kamu gak suka buburnya, tapi harus di habisin ya, biar kamu cepet sembuh," sahutnya. Lalu menyuapi kembali perempuan itu.
Terra yang melihatnya tersenyum miris. Selama hubungannya dengan lelaki itu, ia tidak pernah melihat dia selembut itu dengan perempuan, apa dirinya yang tidak sadar atau tidak pernah merasakan.
Dengan lapang dada, ia pun berjalan ke depan pintu ruangan lalu membukannya dan masuk ke dalam ruangan membuat lelaki itu kaget melihatnya, begitu juga dengan perempuan itu, dia hanya pura-pura saja.
Ia berjalan ke arah ke tempat tidur di bagian kanan."ngapain lo ke sini?" Tanya Mathar, menatap Terra malas.
"Gue mau berkunjung."
"Ini buat lo Fel, permohonan maaf Gue," celetuk Terra menekan kata 'Gue', seraya menyerahkan paperbag.
"Oh okey. Permohonan maaf lo di terima," jawabnya sambil tersenyum manis ke arah Terra, ia yang melihat itu mengepalkan tangannya.
"Kamu baik banget si Fel. Padahalkan dia udah celakaiin kamu sampai masuk rumah sakit lagi, gak punya hati ya dia," tutur Lelaki itu, membuat Terra yang mendengarnya terasa sakit di dadanya.
"Gak papa Mathar. Kita sebagai manusia kan harus saling memaafkan," ujarnya, tersenyum manis ke arah Mathar dan dia pun membalas senyuman itu.
"Dan sesama manusia juga, gak boleh memfitnahkan," tambah Terra, Felica menoleh dengan wajah gugup mendengar penuturan Terra.
Mathar mnegeryit bingung dengan ucapan Terra."Maksud lo apaan si Ra? Ngomong kaya gitu, emang siapa yang ngefitnah?" Tanya Mathar tidak mengerti.
"Kalaupun gue jawab juga, lo gak bakal percaya sama omongan gue," sahut Terra, lalu melirik ke arah Felica yang diam saja.
"Ya! Gue gak bakal percaya sama omongan lo," desis Mathar menatap Terra tidak suka.
"Asal lo tahu Thar! Gue di fitnah sama dia," ujar Terra menujuk Felica, dia melotot kaget, begitu juga dengan Mathar.
"Sebenarnya yang ngedorong dia bukan gue, tapi Renata. Dan dia duri di dalam hubungan kita Thar!" Jelas Terra.
Sedangkan Mathar menggelengkan kepalanya tidak percaya jika Terra akan bersikap seperti itu. Ia marah menatapnya.
"Kalau lo yang bukan dorong Felica! Bisa aja kan lo suruh dia buat dorong Felica. Atau emang lo yang beneran yang dorong dia," tutur Mathar, sukses membuat mata Terra berkaca-kaca.

YOU ARE READING
BADGIRL MY GIRLFRIEND [Completed✅]
Teen Fiction[ JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA] _ Peraturan dibuat untuk dilanggar. Kita hidup hanya sekali, sekali-kali kita ngelakuiin hal yang belum pernah dicoba. Jiwa penasaran anak muda wajib untuk kita ketahui, dari pada menyesal tidak pernah merasakan. B...