Chap.2 - Il Avait

759 104 14
                                    

5 September 2012, Suzy 22 tahun.

Suzy menatap kesal Myungsoo yang menyibukkan dirinya melipat kertas dan membuat origami untuk Suzy. Suzy menghela nafasnya kemudian merebut kertas itu dan melipatnya sendiri.

"Jangan marah seperti itu." Ucap Myungsoo memohon.

"Apa aku bilang aku marah?." Tanya Suzy balik, masih fokus dengan origaminya.

"Ayolah, aku tak punya pilihan lain. Aku hanya dr. magang dan dr yang membimbingku akan menjaga tenaga sukarelawan di Filipina. Hanya 2 bulan. Bukankah kau juga sering pergi ke luar negeri lama saat pementasan. Lagipula ini bukan pertama kalinya aku ikut menjadi relawan." Jawab Myungsoo memelas.

"Atau kau mau ikut?. Disana juga membuka sukerelawan umum." Tanya Myungsoo yang hanya dibalas helaan nafas Suzy.

"Tentu saja ini bukan pertama kalinya. Tapi kau menjadi relawan bukan di tempat bencana. Kau tidak gila kan mengajakku ke tempat terjadinya benca besar?. Disana gempa, banyak reruntuhan. Bagaimana jika aku terluka. Kau tau aku tidak boleh terluka." Jawb Suzy kesal. Mengingat Suzy yang merupakan seorang balerina, tentu saja ia tak boleh melukai kakinya.

"Aku tidak akan terluka, aku mohon, ini berhubungan dengan masa depanku." Pinta Myungsoo yang akhirnya diangguki oleh Suzy yang akhirnya mengalah.

"Jangan terluka." Ucap Suzy sambil mengulurkan tangannya pada Myungsoo. Meminta Myungsoo memeluknya. Myungsoo kemudian memeluknya, menepuk punggungnya meyakinkannya.

"Keundae, apa kau pernah mendengar tentang Konsultan Pengembangan Internasional?." Tanya Myungsoo dalam pelukan Suzy.

"Apa itu?." Tanya Suzy tak tau.

"Mereka pergi ke negara yang masih berkembang dan mencoba menolong orang-orang disana. Kebetulan Prof. ku menyarankanku untuk mengikutinya, diamana tujuan yang ia sarankan juga Filipina. Aku ingin melakukannya." Ucap Myungsoo yang dengan cepat membuat Suzy melepaskan pelukannya.

"Aku tau pasti ada yang lain. Lakukan saja sesukamu, lagipula itu hidupmu." Ucap Suzy marah kemudian berlalu pergi. Membuat Myungsoo merutuk dirinya karena meminta izin pada kekasihnya itu disaat yang tidak tepat.

"Lagi-lagi seperti itu." Ucap Myungsoo datar.

---------|||--------

1 Maret 2020.

"Eo..eotteokhae?." Tanya Yeeun tergagap dengan mata melebar ketika melihat kaki Suzy yang berpangku.

Suzy menaikkan bibirnya. Membuat senyum dari bibir manisnya itu. Menatap Yeeun yang terlihat terkejut melihatnya. Yeeun dengan segera bersimpuh saking terkejutnya melihat kaki Suzy yang sudah sembuh dari kelumpuhan itu.

"Aku awalnya tak sembuh karena efek psikologis. PTSD-ku. Tapi aku menemukan dr. yang tepat. Meskipun aku tak bisa merasakan apapun pada kakiku, aku sudah bisa melakukan aktifitas apapun dengan kakiku. Meskipun bukan balet lagi." Ucap Suzy yang terdengar sarkastik diujung kalimatnya.

Grep...

Yeeun memeluknya dan tak bisa berkata apa-apa karena suaranya yang terasa tercekat. Suzy hanya diam, tak membalas pelukannya, apalagi ikut menangis seperti yang sedang Yeeun lakukan.

"Appa?, Apa appa sudah tau?." Tanya Yeeun melepas pelukannya.

"Tentu saja." Jawab Suzy menatap tangannya yang memutar cup kopinya.

"Eonni, kembalilah ke rumah. Semua orang menunggu kepulangan eonni." Ucapnya memegang tangan Suzy yang memegang cup tadi. Menggenggamnya erat.

"Ahbonim dan Eommeonim pasti tak senang melihatku. Lagipula itu sudah bukan rumahku lagi dan aku yang bukan balerina lagi." Ucap Suzy.

S I L E N C EWhere stories live. Discover now