Chap. 14 - Ever

559 100 26
                                    

"Gwencanha?." Tanya Myungsoo masih memegang kedua tangan Suzy. Suzy menatap Myungsoo nanar. Melihat bagaimana orang yang hingga beberapa waktu lalu masih ia sukai itu ada didepannya. Orang yang meskipun ia sukai tetapi juga ia benci disaat bersamaan. Berjongkok didepannya memasang wajah palsunya.

"Aku tau kau sangat lelah, kau harus beristirahat. Kau boleh menangis dan jika itu terlalu berat kau tak perlu berusaha keras untuk bertahan." Ucap Myungsoo. Suzy berdecak pelan. Tak percaya dengan apa yang ada ia dengar.

"Lepaskan aku. Aku membencimu jadi lepaskan aku." Ucap Suzy dingin.

"M..mwo?." Tanya Myungsoo bingung.

"Ini sangat sulit. Lepaskan aku. Aku sudah tidak tahan." Ucap Suzy lagi. Myungsoo menatapnya dengan memelas. Menariknya kedalam pelukannya dengan kesalahpahamannya. Suzy memejamkan matanya. Meyakinkan dirinya sendiri bahwa permainan ini akan segera ia akhiri setelah semua perlawanannya ini.

------------|||----------

Yeeun menggigiti kuku jarinya ketika berita tentangnya akhirnya muncul. Berita tentang manipulasi donor yang dia lakukan bersama appanya dulu. Ia benar-benar takut saat itu. Menyadari bahwa semua omongan sehun bukan omong kosong belaka. Melainkan gertakan untuk membuatnya memohon kepadanya. Yang tentu saja sudah terlambat untuk ia lakukan.

Tangannya bergetar dan dia bisa merasakan jantungnya berdetak cukup kencang ketika namanya perlahan mulai naik ke pencarian paling atas dan informasi pribadinya mulai tersebar dimedia. Ponselnya mulai terus berdering dengan pesan-pesan yang berebutan masuk ke ponselnya. Ia menjantuhkan ponselnya melihat bagaimana nomor-nomor tak dikenal yang kemungkinan besar adalah wartawan itu menyerbunya.

Ia meringkuk dan menutup telinganya dengan erat dan memejamkan matanya erat. Merasakan ketakutan yang sangat besar yang bisa menghancurkannya jika ia lengah.

"Ia tetap tak akan bisa menuntutku. Kasusnya sudah melewati masa kadaluarsa. Ini akan sama saja dengan appa. Mereka tak akan bisa menuntutku." Ucap Yeeun dengan suara yang bergetar. Meyakinkan dirinya sendiri.

"Sebaiknya kau harus lebih memahami setiap tuntutanku. Apa tuntutan utamaku ada tentang pembunuhan orang tuaku?." Kalimat Suzy itu kembali terngiang ditelinganya. Dengan gegabah ia meraih ponselnya kemudian mengecek semua gugatan yang diajukan Suzy kepada appanya. Mulutnya menganga, nafasnya tercekat dan kepalanya rasanya mau pecah. Tidak, tidak satupun di tuntutan itu yang berisi tentang percobaan pembunuhan appanya.

"Jadi sejak awal mereka mengekspos berita itu agar mereka bisa mendapat banyak berita dari dalam yang bisa menjatuhkan kami." Ucap Yeeun pelan sadar dengan rencana Suzy dan Sehun.

"Sejak awal mereka sudah tau mereka sudah tidak bisa menggunakan tindakan itu untuk menjatuhkan kami." Ucapnya meraup kepalanya. Mencengkramnya dengan kuat serasa mau pecah.

-----------|||------------

Sehun menatap Suzy yang tertidur dengan wajah yang mengkerut. Melihat Suzy yang terlihat bermimpi buruk. Sambil menghela nafas Sehun menaikkan selimut Suzy kemudian berlalu keluar kamar mereka. Sehun melipat tangannya didepan dadanya. Menatap sendu keluar jendela yang menunjukkan pemandangan kota Seoul itu.

"Suzy apa dia baik-baik saja?." Suara appanya terdengar di speaker yang memenuhi ruangan itu. Sehun menghela nafasnya.

"Dari awal kita sudah tau serapuh apa dia sebenarnya, tapi melihatnya sampai dititik ini dan berusaha sok kuat. Aku yakin dia akan bisa melaluinya." Timpal Sehun.

"Aku sejak awal tak setuju dengan cara ini. tapi aku melakukannya karena kau sangat mencintainya. Aku akan terus memberikan semua koneksiku agar masalah kalian selesai dengan tuntas. Percayalah kalian bisa melaluinya." Balas Appanya membuat Sehun memejamkan matanya erat.

S I L E N C EOnde histórias criam vida. Descubra agora