05| Tami

421 103 66
                                    

Sudah lebih dari satu minggu sejak hari di mana aku mengembalikan payung milik Haza dan terlibat percakapan kecil dengannya. Sejak itu pula aku nggak pernah lagi berinteraksi dengan Haza. Hanya sesekali ketika kami berpapasan kadang aku melempar senyum ramah dan Haza membalasnya dengan serupa. Tidak lebih dari itu.

Aku mengharapkan lebih dari itu, sejujurnya. Maksudku, kedekatanku dengan Haza. Ekspektasiku kami bisa menjadi lebih sering mengobrol dan berlanjut hingga hari-hari berikutnya. Kenyataannya, tidak ada yang berubah antara aku dan Haza. Kami kembali seperti sebelumnya–asing. Yah, setidaknya aku tidak terlalu asing di mata Haza.

Kendati demikian, tetap saja ada setitik kekecewaan. Salahku sendiri, sih, terlalu banyak menaruh harap pada hal-hal semu yang aku ciptakan sendiri. Tapi, bukannya harapan biasanya terealisasi jika ada usaha? Jadi, sepertinya yang harus aku lakukan adalah berusaha, 'kan?

Lalu interferensi semesta mempertemukanku dengan Haza, seolah memberiku kesempatan.

"Lah, elo?" kata Haza ketika menemukanku keluar dari lorong snack bersamaan dengannya yang juga keluar dari lorong mi instan hendak menuju ke kasir. Ia tertawa kecil di akhir pertanyaannya.

Aku membalasnya dengan cengiran. "Beli apa, Kak?"

Sambil mengangkat keranjang belanjaannya Haza membalas. "Mi instan. Kok lo di sini deh? Rumah lo daerah sini juga?"

"Nggak, lagi ada kerja kelompok di rumah Rafid. Sekalian makan-makan sih lagi ultah temen gue satu itu." Aku menyengir.

"Lah, kampret banget si Rafid makan-makan nggak bagi ke gue. Lupa apa dia sama gue? Kebangetan."

"Lho, kenal Rafid, Kak?"

"Kenal lah, temen main. Tetangga juga sih dulu tapi sekarang gue udah pindah blok," jelasnya selagi kami mulai mengantre di kasir.

"Omong-omong band lo ngisi opening Smafestar juga 'kan nanti, Kak?" tanyaku menyinggung nama acara yang diadakan di sekolah kami, SMA Avicenna Bestari atau yang dikenal Smavistar.

Akan ada berbagai macam lomba yang diikuti dari berbagai SMA lain nantinya. Acara pembukaannya akan diisi acara musik dengan mengundang band dari sekolah-sekolah dan seorang penyanyi yang sudah memiliki nama. Cornerstone yang merupakan band Haza termasuk dalam salah satu pengisi acara pembukaan nanti.

"Yoi. Nonton dong pas gue perform," pintanya dengan senyuman lucu sambil menaik-turunkan alis.

Senyum itu menular padaku. "Pasti."

Kini tiba giliran kami membayar belanjaan. Haza menawarkanku lebih dahulu.

"Lo duluan aja, Kak," kataku menolak tawarannya.

"Ck, udah lo duluan aja itu belanjaan lo cuma ciki-ciki sama es krim. Keburu meleleh itu es krimnya."

"Nggak papa, lo–"

"Seriously, kita malah jadi kayak cewek-cewek saling bales komen di Instagram yang 'kamu cantik banget, nggak ah cantikan kamu, ih cantikan kamu lagi' gitu tau." Haza menertawakan kelakuan kami. "Udah sih lo duluan aja, Mbaknya bingung tuh ngeliatin kita."

Aku mengalihkan pandangan ke penjaga kasir yang memandangku dan Haza dengan geli bercampur bingung. Maka aku mengalah dan segera meletakkan belanjaanku terlebih dahulu.

"Kak, lo ke sini naik apa?" tanyaku kala giliran Haza membayar miliknya.

"Naik sepeda."

Dengan keberanian yang sudah terkumpul maka aku kembali mengajukan pertanyaan meski sedikit takut-takut. "Bisa bareng nggak sih? Boncengan gitu maksud gue. Hehe capek jalan."

Haza terkekeh mendengar kalimat terakhirku seraya memasukan kembali dompetnya ke saku. Ia mengangkut kantung belanjanya, kemudian tersenyum ramah dan berterimakasih pada penjaga kasir sebelum membalas pertanyaanku.

"Bisa tapi berdiri, ya? Kebetulan juga sih rumah Rafid tetanggaan sama rumah Nara, gue mau ke sana."

Aku mengangguk sambil otakku menerka-nerka siapa Nara. Kami berjalan keluar bersisian, sampai di tempat Haza memarkirkan sepedanya pun pikiranku masih berkutat pada spekulasi tentang Nara.

"Siniin belanjaan lo, gantung di stang aja. Dingin nanti punggung gue kena es krim."

Aku memberikannya pada Haza. Ia juga menggantungkan belanjaannya kemudian naik ke sepeda. "Ayo naik, malah bengong."

Aku tersadar dari lamunan, memperhatikan sepeda putih milik Haza selama tiga detik, kemudian menaiki pijakan kaki.

"Tangan lo dua-duanya pegangan pundak gue, nanti jatoh."

"Iya."

Aku menjauhkan tangan kananku yang tengah menekan dada kiriku merasakan denyut jantungku yang kian bertambah cepat. Lalu meletakkannya di pundak Haza.

Haza mulai melajukan sepedanya dengan perlahan kemudian menambah kecepatannya sedikit. Tidak ada percakapan di antara kami sepanjang perjalanan hingga detik berikutnya sepeda Haza berhenti tepat di depan gerbang rumah Rafid. Si empunya berjalan berlawanan arah dari kami.

"Lah, lo kok sama Tami dah, Za? Kenal lo berdua?" tanya Rafid bingung melihat kebersamaanku dengan Haza.

Bukannya menjawab pertanyaan Rafid, Haza justru membalasnya dengan pertanyaan juga. "Mana makanannya? Ulang tahun tapi gue nggak dibagi."

"Dih, Si Kampret nggak ada adab banget. Ucapin gue selamat ultah dulu kek, happy birthday kek."

"Selamat habede. Mana makanannya?"

Aku hanya tertawa melihat interaksi antara Haza dan Rafid.

Dengan mendelik kesal, Rafid menjawab. "Udah gue anterin barusan ke Nara."

"Cakep. Kalo gitu gue meluncur segera."

Sebelum Haza beranjak aku menyempatkan berterimakasih atas tumpangannya dan mengambil belanjaanku. Ia kembali mengendarai sepedanya namun berhenti di sebuah rumah berpagar putih yang berjarak tiga rumah dari rumah Rafid. Aku dan Rafid mengawasinya sampai ia masuk ke dalam.

Kemudian secara serentak aku dan Rafid sama-sama mengajukan pertanyaan dan saling memandang satu sama lain.

"Kak Haza punya pacar?"

"Lo sama Haza saling kenal?"

——

Note:

maaf bangettt ngaret updatenya. aku keasikan drakoran selama quarantine ༎ຶ‿༎ຶ

sebenernya juga karena aku jarang banget atau bahkan nggak pernah nulis pake pov orang pertama, jadi aku agak bingung ngetiknya biar nggak keliatan canggung. dan aku kadang suka bingung kapan harus formal dan nggaknya. tapi seru sih tantangan.

btw, kalian selama masa karantina ini kegiatannya ngapain biar nggak jenuh?

semoga pandemi ini cepet kelar terus kita bisa kembali beraktifitas seperti sedia kala:''

be safe, be well kalian!!! <3

Unrequited Feelings | ✓Where stories live. Discover now