Maaf.... maaf.....

1K 124 25
                                    


"Tsk! Bagaimana caranya masuk kedalam?". 🤔  Tin berpikir keras sembari menatap ke hutan.

Ditangannya sudah terbungkus rapi makanan lezat yang dia minta secara khusus untuk dimasak oleh koki kediamaannya untuk can.

"Huft.......". Si raja kecil kemudian menghela napasnya panjang. Sekilas dia mengingat mengenai kejadian menakjubkan tadi pagi. Dia masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Apa itu semua karena can? Tapi bagaimana? Dia tidak punya aura, bagaimana caranya memanipulasi kebun itu tanpa aura?". Pikir si raja kecil dalam hatinya.

"Tunggu. Selain dengan aura bagaimana cara manusia memanipulasi  sesuatu? Tidak ada cara lain. Terlebih tumbuhan, mereka punya nyawa, mereka tidak bisa dimanipulasi seperti tanah, air, ataupun angin". Tin kini mulai bergumam pelan.

Tin adalah seorang raja. Kecerdasannya secara alami menyamai tingkatan manusia jenius. Sejak awal, si raja kecil sesungguhnya sudah mengetahui jawaban atas pertanyaannya sendiri, namun dia mengabaikannya karena hal itu terasa mustahil.

Apa?.

Ingin tau jawabannya?.

Ok baiklah.

Jawabannya adalah.....

"Manusia biasa maupun manusia berkemampuan khusus tidak bisa memanipulasi sesuatu yang bernyawa. Itulah sebabnya manusia tetap harus bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Didunia ini, hanya ada satu yang bisa memanipulasi sesuatu yang bernyawa".

"Aw, kenapa tiba tiba sangat ingin tidur ya? Hoam..... pulang sajalah!". Kata seorang pria yang hendak menuju kekebunnya yang tak jauh dari tempat tin menatapnya dan memanipulasi pikirannya.

"Yah! Hanya aku, sang raja yang bisa memanipulasi manusia dan makhluk bernyawa lainnya". Lagi tin berkata dalam hatinya.

*sret* *sret*

Terdengar sesuatu yang bergerak.

Tin segera berjalan mencari sumber suara itu dan menemukan akar akar pohon yang saling menjuntai menutupi jalan masuk kehutan bergerak dan membuka celah yang cukup besar untuk dilewati satu manusia.

"Ouch! Nakal! Nakal! Nakal!".

"Oh? Suara itu!". Kata tin mendengar suara can.

"Can! Kau baik baik saja?". Terdengar juga suara ae.

"Hmn". Can mengangguk. Ditangannya ada sesekor ular besar yang sedang digulung membulat olehnya. "Awas ya nakal lagi! Aku buat kulitmu jadi bahan membuat dompet!". Ancam can melepas ular itu.

"Can!". Tin dengan kecepatan luar biasa berpindah posisi dan memeriksa tubuh can dari atas hingga kebawah. "Apa ular itu menggigitmu? Apa sakit?".

"Woah....". Can terkaget ketika tin tiba tiba muncul didepannya. "A..aku tidak papa...., dia nakal tapi tidak menggigitku. Dia hanya suka mengagetkanku". Kata can membuat tin mengkerutkan dahinya tidak suka.

"Kenapa kau selalu meremehkan nyawamu?!". Tanya tin dengan intonasi marah membuat can terdiam heran. "Kau tidak tau betapa berbahayanya jenis ular itu?".

"Oi...tin...hmn... maksudku yang mulia. Sudahlah..... jangan berlebihan". Ae menyela membela can.

"Kau juga ae! Kau tau can tidak sama seperti kita. Kenapa kau malah membiarkannya melenggang santai sendirian?!". Tanya tin memplototi ae hingga matanya nyaris keluar. "Dan berhenti memanggilku yang mulia! Aku tau isi kepalamu kau tidak pernah menganggapku sebagai rajamu! Bertingkahlah seperti dulu!". Kata tin sedikit menyinggung masalah pribadi mereka.

My King? (END)Where stories live. Discover now