Beberapa minggu telah berlalu semenjak kejadian Fina mencium pipi Figo. Fina sendiri tidak tau apa tujuannya. Ia hanya merasakan setelah pertemuannya itu Ia akan terpisah jarak yang jauh oleh Figo, selain karena Figo yang berada beda Negara dengan dirinya, atau karena tingkah laku dan cara berpikir yang tidak sama lagi, atau bisa juga memang hubungan mereka sudah berakhir semenjak Figo membuat Fina kecewa.
Hari demi hari, satu hal yang Fina takutkan menimpa dirinya, yaitu kehamilan. Kesalahan malam itu dengan Figo, berkemungkinan besar akan membuat dirinya hamil. Walaupun ada beberapa pasangan suami-istri, seperti tetangga Fina, yang belum memiliki anak setelah bertahun-tahun menikah. Tetapi itu tidak bisa membuat Fina menjadi tenang akan kemungkinan terburuk yang terjadi.
Tidak ada hari absen untuk Fina mengecek tanggal jadwal datang bulan yang ada di aplikasi kalender menstruasi yang terinstal sejak lama di ponsel pintar miliknya. Via yang mengajari Fina untuk menginstal aplikasi tersebut sejak awal Fina mulai menstruasi.
Menurut prediksi aplikasi menstruasi tersebut, hari ini adalah jadwal Fina mentruasi. Prediksinya tidak selalu pasti memang, biasanya bisa lewat 1-2 hari, tetapi tidak lebih dari itu.
Hari-hari selanjutnya pun berlalu dan Fina tidak juga mendapat tamu bulanannya. Walaupun Ia merasa takut terjadi sesuatu yang dia tidak inginkan, Fina tidak ada keinginan sedikitpun mencari cara untuk mempercepat menstruasi atau memakan makanan yang dilarang untuk ibu hamil. Bahkan tanpa sadar Ia menjaga pola makanya menjadi lebih sehat, Fina tidak tau apa yang nanti menimpanya, jadi lebih baik Ia berjaga-jaga.
Tidur Fina terganggu karena pagi ini Fina merasa sangat mual. Jujur saja, gejala mual seperti ini membuat perasaan Fina menjadi tidak enak karena mengingat mual ini merupakan salah satu gejala kehamilan. Apalagi Fina menjaga pola makan sehat beberapa hari kebelakang, sehingga kecil kemungkinan Ia mengalami keracunan atau masalah kesehatan lainnya.
"Fin, udah bangun?" Via yang mendengar suara keran air yang terus menyala dari kamar mandi dekat kamar tidur Fina, akhirnya menghampiri Fina. Ia takut kalau ternyata Fina lupa mematikan keran airnya karena masih mengantuk.
Tetapi setelah sampai di depan kamar mandi tersebut, Via bukanlah melihat keran air yang terus menyala dengan air yang tumpah dimana mana, melainkan Via terkejut melihat apa yang sedang Fina lakukan.
"Fina?" Via bertanya-tanya melihat anaknya muntah di kamar mandi sampai mukanya terlihat pucat saat menengok kearahnya.
"Mom.." Kata Fina dengan nada lemah. Tenaga Fina terkuras habis untuk memuntahkan cairan putih dan mualnya tidak kunjung mereda.
"Yaampun sayang kamu abis makan apa sampe kaya gini?" Via mendekat kearah Fina sambil memijat tenguknya.
"Fina engga kuat. Fina mau udahan muntahnya tapi mual banget." Fina menyandarkan dirinya pada dinding kamar mandi dengan lemas.
"Kita keluar kamar mandi dulu ya, Mommy olesin minyak kayu putih perutnya." Via memapah tubuh Fina yang lemah sampai di sofa.
"Fina kenapa?" Kata Delfa, ayah dari Fina. Kehebohan Via menarik perhatian Delfa untuk menghampiri Via dan Fina, dan melihat keadaan apa yang sebenarnya terjadi.
"Ini dia keracunan makanan kayanya, muntah terus sampe keringetan gini." kata Via sambil mengelap keringat Fina dengan telapak tangannya.
Delfa menyodorkan gelas berisi air putih yang Ia bawa dari arah dapur. Fina mengambil gelas tersebut dan meminumnya perlahan, walaupun tetap terasa mual, setidaknya Ia perlu memulihkan tenaganya.
"Fina udah enakan belum? Kalau ngerasa engga kuat kita ke dokter sekarang." Delfa berkata dengan sangat terdengar rasa kawatir
"Mom.. Dad.." Kata Fina dengan nada gemetar, Fina berniat mengatakan yang sebenarnya kepada kedua orangtua nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY FROM FIRST LOVE ✅
RomanceFigo adalah cinta pertama dan mungkin menjadi cinta terakhirnya Fina. Sikap tidak peduli Figo semenjak tau jika Fina menyukainya tidak membuat cinta Fina menjadi luntur sedikit pun. Apapun Fina lalukan demi bersama dengan Figo. Tetapi Fina berhenti...