5. Secret

1.3K 326 15
                                    

"ᴅᴇᴀᴛʜ ɪs ᴀ ᴄʜᴀʟʟᴇɴɢᴇ. ɪᴛ ᴛᴇʟʟs ᴜs ɴᴏᴛ ᴛᴏ ᴡᴀsᴛᴇ ᴛɪᴍᴇ... ɪᴛ ᴛᴇʟʟs ᴜs ᴛᴏ ᴛᴇʟʟ ᴇᴀᴄʜ ᴏᴛʜᴇʀ ʀɪɢʜᴛ ɴᴏᴡ ᴛʜᴀᴛ ᴡᴇ ʟᴏᴠᴇ ᴇᴀᴄʜ ᴏᴛʜᴇʀ."
-𝙇𝙚𝙤 𝘽𝙪𝙨𝙘𝙖𝙜𝙡𝙞𝙖

.
.
.

__F͎R͎U͎N͎T͎I͎E͎R͎A͎__

.
.
.

Walaupun sudah END, tolong hargai dengan meninggalkan VOMMENT!!

Tyun pergi meninggalkan Beomgyu. Ia akan kembali setelah pikiran Beomgyu benar-benar jernih. Dari ribuan manusia yang ia temui, baru Beomgyu yang menghantarkannya ke hal aneh bernama perasaan yang Life miliki.

   "Lo bisa balik lagi. Gua udah tenang," gumam Beomgyu.

Sesudah bergumam, Tyun langsung muncul kembali di depan Beomgyu yang menunduk. Ia berjongkok di depan manusia yang lebih tinggi beberapa senti darinya.

Tyun membawa sebuah tongkat berbentuk seperti kapak seukuran lengannya. Tongkat itu berwarna perak dan terlihat reaper ditulis di tongkat itu. Tyun mempertemukan ujung tongkatnya yang tak berbentuk kapak ke tempat yang ia pijak.

Warna biru muncul dan mendominasi sekeliling mereka. Beomgyu mendongak melihat langit cerah di atasnya. Ia beralih menatap bawah karena merasakan rumput menggelitiki kaki telanjangnya.

   "Kamu sewaktu kecil imut ya?" tanya Tyun sembari menunjuk seorang bocah berumur 8 tahun menaiki sepedanya dengan riang.

Kedua pipi Beomgyu bersemu merah. Seumur-umur tak ada yang pernah memujinya dengan sebutan imut.

   "Itu benda apa?" tanya Tyun seraya menunjuk sebuah papan catur yang tergeletak di depan rumah Beomgyu.

   "Papan catur. Gua ga suka main itu," jawab Beomgyu.

   "Kenapa? Kelihatannya seru," tanya Tyun padahal ia sendiri tak pernah melihat manusia bermain catur.

   "Game itu bikin gua capek karena gua harus gunain otak gua buat nyusun strategi." Lantas Tyun pun terkekeh.

   "Aku rasa, aku suka hal yang berbau strategi. Mungkin game itu cocok denganku jika aku hidup," balas Tyun.

   "Terserah lo." Beomgyu memutar mata malas.

Kedua mata Beomgyu mengikuti arah dirinya sewaktu kecil yang asyik bersepeda.

BRUKK

   "APPAAAAA!!!" teriak dirinya yang kecil ketika jatuh dari sepeda. Beomgyu tersenyum simpul mengingat dirinya yang cengeng. Tak sebanding dengan dirinya yang dewasa dimana ia selalu pergi ke klub dan ikut balapan yang membahayakan diri.

   "Beomgyu!" Senyum simpul itu hilang digantikan tatapan rindu. Tatapan rindu akan sosok ayah.

   "Appa sakiiittt!!" rengek Beomgyu. Ayahnya datang dan mengecek tubuhnya. Tak ada satupun luka.

   "Bagian mana yang sakit?" tanya ayahnya.

Beomgyu kecil menunjuk sikunya yang memerah. Mungkin karena sedikit bergesekan dengan tanah. Beomgyu besar menatap sikunya juga. Ia ingat saat selanjutnya setelah memberitahu ayahnya jika ada yang sakit.

   "Nggak bisa berdiri? Ya sudah sini appa gendong," ucap ayahnya. Tangan lain sang ayah menggeret sepedanya.

   "Manja. Bahkan kamu berumur 8 tahun saat itu," ejek Tyun. Beomgyu menarik pipi Tyun dan membuat yang lebih pendek mengeluh kesakitan. Cubitan Beomgyu di pipinya menyakitkan juga.

FRUNTIERA | beomtae ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang