Part 02 Curhat

77 11 0
                                    

Di sebuah klob mewah yang dibuka 24 jam non stop tempat di mana kebiasaan Gildan melampiaskan kekalutan dalam hidupnya.

"Weyy kamu kenapa Dan?" tanya seorang laki-laki mudah seusia Gildan.

"Aku lagi pusing!" ucap Gildan sambil mengacak rambutnya asal.

"Pusing kenapa?" tanya Brayen Discompany sahabat Gildan sejak menempuh pendidikan kuliah dulu di Now York.

"Aku dijodohin." jawab Gildan kesal.

"Wahahhaha ... yang bener kamu, Dan? Masa zaman sekarang masih main jodoh-jodohan, emang zama Siti Nurbayah apa?" Ledek Brayen dengan tawa renyahnya.

"Suek kamu B, temen lagi susah bukannya bantuin malah kamu ketawain!" kesal Gildan.

Jangan heran bila Gildan memanggil nama Brayen dengan huruf depannya saja. Karena memang itu panggil persahabatan dari Gildan untuk Brayen.

"Haha ... ok-ok, maaf. Aku resflek Dan. Serius kamu dijodohin?" tanya Brayen mulai serius.

"Seriuslah, emang tampang muka tampanku pernah bohong apa?" ucap Gildan.

"Muka pembohong gini dibilang tampan? Tampan dari samping sih iya, tapi samping doang yang tampan." ejek Brayen.

"Nyesel aku punya temen kayak kamu B!" Lagi-lagi Gildan dibiat kesal oleh Brayen.

"Eleh gitu aja marah, lebay kamu, Dan."

"Eh, aku ke sini mau nenangin pikiran tapi malah dapat ejekan, suek emang temenan sama kamu."

"Udah-udah, sekarang aku mau ngomong serius." ucap Brayen mulai serius.

"Dari tadi kali aku seriusnya, kamu aja yang bercanda terus." sindir Gildan.

Brayen hanya memuta bola matanya malas, "Kamu sudah kenal belum sama perempuan yang dijodohin?" tanya Brayen.

"Buru-buru kenal lihat dia aja gak pernah gimana mau kenal, malah bulan depan tunangan lagi," curhat Gildan.

"What the hell?!! Serius kamu, Dan?" Kaget Brayen

"Ya seriuslah, makanya aku pergi dati rumah habis bertengkar sama daddy." ucap Gildan lesu.

"Tapi kamu tahukan sedikit tentang perempuan itu?" tanya  Brayen lagi.

"Enggak. Aku cuma tahu dia anak seorang Kyai temen lamanya daddy saat menempuh pendidikan." ucap Gildan.

"Wahh bagus tu berarti calon istrimu sholehah. Ciee nih temanku bakal cepat insaf." girang Brayen.

"Gila ya B, kamu tahukan tipe perempuan yang aku sukai, cantik,   baik, rambut panjang tergerai indah, tubuh ideal, dan pastinya bisa buat aku jatuh cinta." cerocos Gildan.

"Eh' elah istri sholehah itu lebih tepat ketipe kamu. Coba kamu banyangin istri yang mengingatkan akan akhirat, istri yang selalu ta'at akan perintahmu, dan masih banyak lagi. Denger ye Dan walaupun aku suka nongkrong di klob, hura-hura sana-sini tapi tetap aja aku memimpikan pasangan hidup itu yang sholehah, intinya yang baik-baiklah." terang Brayen dengan tulus.

"Itu sih tipe kamu, aku enggak juga tu. Gimana kalo kita tukaran aja, biar tu perempuan dijodohin sama kamu aja, gimana?" tanya Gildan dengan senyum smriknya.

"Ya gak bisa gitu dong, itukan pilihan orang tua kamu jadi ya harus sama kamu." jawab Brayen.

"Gimana sih? Katanya mau sitri yang solehah tapi nolak waktu dikasih." decak Gildan kesal.

"Bukannya gitu, kitakan teman masa temen ngambil calon istri temen sendiri kan aneh tu," jujur Brayen.

"Bilang aja kamu juga gak mau!"

"Serah kamu aja deh Dan, capek aku ngomong sama otak batu."

Lalu keduanya sama-sama diam larut dalam pemikiran sendiri.

"Hallo tampan," ucap seorang perempuan menghampir Gildan dan Brayen yang sejak tadi berdiam diri.

Tampa permisi perempuan tadi langsung duduk di samping Gildan dengan mendekatkan tubuhnya dengan Gildan sehingga kulit lengannya menyentuh lengan Gildan.

"Apaan sih?! Sana lo ah jangan deket-deket!" kesal Gildan.

Perempuan cantik tadi langsung cemberut melihat Gildan yang digoda malah marah-marah kepada.

"Kenapa sih marah-marah tampan?"

Perempuan itu tidak menghiraukan marahnya Gildan justru dia merasa tertantang dengan kemarahan Gildan.

"Eh, nih cewek bukannya pergi malah menjadi." gumam Brayen sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Apaan sih sewot aja jadi orang!" kesal perempuan itu yang mendengar gumaman Brayen.

"Eh, Buset nih cewek bener-bener deh." kesal Brayen.

Perempuan itu hanya menatap Brayen dengan tajam, lalu beralih menatap Gildan dengan lembut.

"Kenalin aku Hilda," ucap perempuan yang bernama Hilda sambil memperkenalkan dirinya.

"Gak nanya!" ketus Gildan.

"Is gemes," ucap Hilda sambil mencubit pipi Gildan.

Melihat kembaranian perempuan itu membuat Gildan makin marah.

"Apaan sih lo!" kesal Gildan berdiri lalu meletakkan uang membayar minuman yang sempat dia minum dan melangkah pergi dengan cepat.

"Dasar perempuan gak tahu malu, pergikan temen gue!" kesal Brayen lalu ikut pergi meninggalkan klob yang penuh dengan kemaksiatan itu.

Perempuan yang bernama Hilda hanya menunjukkan senyum smriknya, dengan pakaian yang kurang bahan.

"Akanku pastikan kau akan jatuh dalam pelukanku tampan!" batin Hilda.

Bersambung ....

Jangan lupa tinggalkan jejak ya^^



You are my destinyHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin