Part 08 Bandung

46 6 1
                                    

"Bukan tidak bisa memilih. Akan tetapi, menerima  pilih yang sudah diputuskan mungkin lebih baik untuk ke depannya."

Anissa Hasyri
________________________________

Sekitar 5 jam Kyai Hasan dan Nissa menempuh perjalanan dari Jakarta ke Bandung. Mereka sudah sampai tepat setelah ba'da isya selesai. Keduanya sempat berhenti dibeberapa mesjid untuk melaksan sholat disetiap waktunya tiba.

Dengan perlahan mobil Kyai Hasan memasuki asrama pesantren santriwan dan santriwati karena memang tempat berdekatan hanya di batasi dengan dua bangun saling menyamping tempat belajar sekaligus tempat tinggal yang itu asrama perempuan dan laki-laki.

Setelah memasuki area asrama satpam yang tadi membuka pintu gerbang sekarang menutupnya kembali.

"Assalamu'alaikum, Kyai," sapa satpam lelaki yang berumur setengah baya itu dengan senyum tulusnya.

"Wa'alaikumsalam, Pak Dirma," jawab Kyai Hasan kepada satpam yang bernama Pak Dirman.

Setelah itu, Kyai Hasan dan Nissa pamit undur diri berjalan memasuki asrama dengan senyum lega dan sesekali melihat ke sekeliling asrama yang sudah sejak lama berdiri dan sekarang dijaga oleh penurusnya yaitu Basit kakak Nissa.

Setibanya di depan pintu rumah Basri tepat disamping asrama putri.

Tok ... tok ... tok ....

"Assalamu'alaikum," ucap Kyai Hasan dan Nissa.

"Wa'alaikumsalam, sebentar." Terdengar jawaban salam dari dalam rumah yang berchat hijau muda.

Ceklek!

Suara pinta yang dibuka secara perlahan oleh sang pemiliknya.

"Abi! Nissa!" kaget sangat pemilik dan langsung memeluk Kyai Hasan dengan pelukan hangat dan beralih memeluk Nissa dengan pelukan tak kalah hangat.

Setelah acara pelukan itu usai sekarang mereka berdiri dengan saling melempar senyum hangat.

"Kenapa gak bilang sama Basri kalo abi dan Nissa mau ke sini?" tanya Basit yang ternyata membukakan pintu rumah tadi.

"Apa kau akan berbicara seperti ini  di sini? Tidak mengajak abi sama Nissa masuk?" gurau Kyai Hasan dengan senyum lembutnya.

"Ah iya, Basit sampai lupa. Abi dan Nissa mari masuk," ucap Basri dengan menggaruk tengkoknya yang tidak gatal setelah itu dia bergeser agar Abi dan Nissa bisa masuk.

Setelah abi dan Nissa masuk, Basit langsung menutup pintu rumah dan berjalan ke arah kedua keluarganya yang sedang duduk di ruang tamu.

"Nissa mau ke tempat Ana," ucap Nissa langsung setelah Basit baru saja duduk di samping Abi dan Nissa duduk di kursi yang hanya tersedia untuk satu orang duduk.

"Baru datang Nissa, mau main pergi aja," tegur Khai Hasan dengan gelengan kepalanya.

"Tahu nih, dasar bocil," ejek Basit kepada adiknya.

"Suka-suka Nissa-lah," ucap Nissa sambil memalingkan wajahnya dari Basit.

"Hahaha ...." Basit dan Kyai Hasan tertawa kecil, sudah lama sekali mereka tidak bergurau seperti ini.

You are my destinyWhere stories live. Discover now