Rencan3

47 11 0
                                    

Tidak ada yang dapat kita lakukan selain dari menerima takdir yang telah ditentukan

____________________________________

Di cafe mileniel terdapat empat orang sedang duduk saling berhadan di ruang VIP.

Mereka adalah orang dari Gildan dan Nissa.

"Bagaimana jika pernikahannya dilaksanakan di gedung saja?" tanya Mommy Gildan.

"Sarah terserah mana yang baik saja," jawab Kamilah Ibunya Nissa.

"Bagaimana jika di rumah saja?" tanya Kyai Hasan.

"Tapi di rumah siapa? Saran saya di gedung saja sekaligus malam pertama mereka di hotel yang kita sewa untuk pernikahannya, bagaimana?" tanya Alexander.

Mereka sejenak terdiam memikirkan pilihan mananyang tepat untuk pernikahan putra-putri mereka.

"Saja setuju,"

"Saya juga setuju,"

"Saya setuju juga,"

Mendengar jawaban mereka membuat seulas senyum muncul di wajah Alexander.

"Alhamdulillah, bagaimana jika acara kita laksanakan 2 minggu lagi?" tanya Alexander.

Mendengar hal itu membuat Kyai Hasan dan Karmilah kaget. Mereka tidak menyangka akan secepat ini perpisahannya dengan putri tercinta.

"Apakah itu tidak terlalu cepat?" tanya Kyai Hasan.

"Iya, dan bagaiman kita bisa mempersiapkan semua itu dalam waktu yang singkat?" Karmillah pun ikut bertanya.

Alexander dan istrinya tersenyum." Soal itu tidak perlu dipikirkan, kami akan urus semuanya." ucap Mommy Gildan.

"Bagaimanapun juga kami ikut andil dalam pernikahan ini," ucap Kyai Hasan.

"Begini saja, biar Ummi Nissa dan Mommy Gildan yang menentukan dekorasinya. Soal hotel biar saya dan Kyai Hasan yang menentukannya." Saran Alexander.

Kyai Hasan dan Karmillah mengangguk menyetujui saran dari Alexander.

"Bagaiman jika soal busananya?" tanya Karmillah.

"Kita berdua juga yang akan memilihnya." jawab Mommy Gildan.

"Baiklah jika begitu, kapan kita akan memulainya?" tanya Karmillah.

"Besok saya dan Kyai Hasan memilih gedung mana yang akan kita sewa. Dan besok kalian berdua bisa pergi ke toko langganan keluarga kami untuk memilih baju pengantin." ucap Alexander.

"Baiklah kami setuju."

"Baiklah kalau begitu, kita sepakat yang besok akan kami hubungi lagi." ucap Alexander tersenyum puas.

"Iya, kalau gitu kami permisi dulu. Assalamualaikum." ucap Kyai Hasan.

"Wa'alaikumsalam." jawab Alexander dan istrinya.

***

"Daddy lama sekali sih? Aku pernikahannya masih lama." gumam Gildan di dalam kamarnya.

"Arghtt!!!"

"Daddy, Gildan belum siap menikah apalagi sama gadis pilihan daddy. Kayak anaknya gak laku aja!" ucap Gildan sambil mengerang frustasi.

"Liat aja tuh cewek, aku buat menderita biar dia minta cerai!" Gildan tersenyum smrik.

.

.

.

.

You are my destinyWhere stories live. Discover now