Rencana

53 9 0
                                    

Jangan lupa vote dan tinggalkan jejak ^_^

Mendengar keputusan yang diambil oleh Gildan membuat hati Alexander sangat-sangat senang. Dia dengan segera menelpon Kyai Hasan untuk menyampaikan kabar baik ini.

"Hallo, assalamu'alaikum." ucap Alexander saat sambungan teloponnya diangkat.

"Wa'alaikumsalam." jawan seseornag di sebrang sana yang tidak lain adalah Kyai Hasan.

"Saya ingin menyampaikan kabar baik."

"Saya juga ingin menyampaikan kabar baik."

"Tunggu-tunggu kita sama-sama ingin menyampaikan kabar baik? Aku akan menduganya ini pasti Nissa menerima perjodohan inikan?" tebak Alexander.

"Iya,  dan kamu ingin menyampaikan kabar baik bahwa Nak Gildan juga menerima perjodohan ini?" tebak Kyai Hasan.

"Tepat sekali." jawab Alexander.

"Alhamdulillah." Kyai Hasan mengucap syukur.

"Alhamdulillah. Bagaimana jika secepatnya kita adakam pernikahannya secapat mungkin. Biarkan saja pertunangan batal aku tidak sabar ingin langsung menjadikan putrimu sebagai menantuku. " ucap Alexander.

"Saya setuju-setuju saja.  Tapi apa tidak sebaiknya kita mempertemukan mereka dan mengizinkan Gildan untuk  melihat terlebih dahulu wajah Nissa?" tanya Kyai Hasan.

"Tidak perlu. Mereka akan bertemu dihari pernikahan saja.  Soal wajah anakmu Nissa, aku tidak meragukannya lagi.  Aku yakin dia gadis yang sangat cantik dan tepat untuk Putraku Gildan."

"Baiklah jika itu menurutmu lebih baik. Aku hanya ikut saja, kita bisa bicarakan hal ini dengan pertemuan saja." ujar Kyai Hasan.

"Bagaimana jika kita bertemu saja di Caffe Grand saja harini pukul 00:2 WIB nanti sore?" Usul Alexander.

"In syaa Allah.  Saya akan mengajak istri saya dan kau jangan lupa ajak juga istrimu biar nanti mereka yang akan menentukan desain interiornya acara pernikahan nanti." ujar Kyai Hasan.

"Itu pasti saya akan mengajak Dini istri saya. Yasudah kalau begitu terlponnya saya tutu dulu, assalamu'alaikum."

"Wa'alikumsalam." jawab Kyai Hasan.

Sambungan telpon terputus setelah Kyai Hasan menjawab salam.

***

"Dari siapa, Abi?" tanya Nissa yang masih duduk di ruang tamu saat ayah izin pergi sebentar  menerima telopon.

"Dari Pak Alexander. Dia bilang Gildan menerima perjodohannya." jawab Kyai Hasan..

Deg!

'Aku pikir dia tidak akan mau menerima perjodohan ini.' batin Nissa.

"Kapan pernikahan ini akan dilakukan Abi?" tanya Nissa.

"Secepatnya. Nanti sore Abi dan Ummi akan pergi bertemu Pak Alexander dan istrinya membahas tentang pernikahan kalian." ucap Kyai Hasan.

"Secepat itu kah, Abi?" tanya Nissa tak percaya.

"Lebih cepat lebih baik. Ingat Nissa sesuatu hal yang baik tidak baik jika ditunda-tunda. Abi harap kamu siap, Nak."

"Na'am Abi.  In syaa Allah, Nissa siap." jawab Nissa pasrah.

"Abi menyayangimu," ucap Kyai Hasan memeluk tubuh Nissa.

"Nissa juga menyayangi Abi," Nissa membalas pelukan abinya.

***

"Gildan," panggil Alexander mengetuk pintu kamar Gildan.

"Ada apalagi sih, Dad?" tanya Gildan malas sambil membuka pintu kamarnya.

"Nissa, anak temannya dad menerima perjodohan ini. Jadi nanti sore dad dan mommy akan pergi untuk bertemu dengan Kyai Hasan beserta istrinya untuk membicarakan pernikahan kalian." ucap Alexander.

'Oh, jadi namanya Nissa. Lihat saja nanti aku akan buat kau menyesal karena telah menerima perjodohan ini.' batin Gildan.

"Gildan," panggil Alxander.

"Iya Dad,"

"Kamu ini, Dad lagi ngomong malah diam. Mikir apa kamu? Dad harap bukan rencana untuk kabur karena percuma kau kabur kau tidak akan dapat apa-apa." Ancam Alexander.

"Ya enggaklah Dad, mana mungkin Gildan kabur ada-ada aja." ucap Gildan.

"Baguslah jikau kau tidak akan kabur, yasudah dad mau pergi ke kantor sentar, mengecek perkembangan perusahaan kita."

"Ouh yah, jika Mommy-mu sudah pulang beritahu tentang pertemuan dengan Kyai Hasan." Lanjut Alexander.

"Siap Dad," jawab Gildan dengan senyum palsunya.

Alexander meninggalkan Gildan yang masih berdiri di depan pintu kamarnya.

Bersambung ....

You are my destinyWhere stories live. Discover now