PROLOG

49 13 16
                                    

Aku berlari kencang mengejar langkahnya yang sudah mulai menjauh. Tidak peduli dengan tatapan-tatapan aneh dari orang-orang yang menyaksikanku.

Satu kata yang ingin kuucapkan kepadanya saat ini, 'maaf'.

Untuk kedua kalinya, hal tersebut terjadi lagi, padahal awalnya aku sudah mengambil langkah yang baik. Tapi oleh tingkahnya yang membuatku terlau nyaman, hingga lupa dengan hal yang tidak ingin aku lakukan di tempat ini.

Aku berhasil menyusulnya yang berjalan di belakang Ibu-nya. Aku menarik pergelangan tangannya.

"Maaf, aku sudah melakukan kesalahan. Jangan pergi!"

Dia hanya tersenyum membalas ucapanku itu. Senyum yang damai, tapi tidak untukku. Aku semakin merasa bersalah dengan melihat senyuman itu.

"Ini sudah bukan tempatku lagi. Mungkin kita dipertemukan untuk berpisah," ucapnya sambil tetap menghadirkan senyum yang kubenci itu.

Ia berlalu pergi meninggalkanku sendiri di sini dengan tangisan sedih yang seharusnya tidak pernah muncul lagi. Tapi hari ini adalah bukti bahwa aku gagal atas diriku sendiri.

Nostalgia Rasa dan RinduWhere stories live. Discover now