Bagian 4 : Memulai kembali untuk memaklumi diri sendiri

4 0 0
                                    

Ruang musik yang cukup besar ini masih tidak cukup juga untuk menampung siswa-siswi yang mendaftar ekstrakulikuler musik ini. Tidak kusangka bahwa ekstrakulikuler ini bergitu populer.

Melati begitu bersemangat sejak tadi, entah apa yang membuatnya begitu semangat.

"Tolong untuk tidak bersuara!" ucap salah satu senior di ekstrakulikuler musik tersebut.

"Terima kasih karena kalian sudah tidak berbicara lagi. Saya sebagai ketua dari ekstrakulikuler musik ini ingin menyatakan bahwa kalian akan diseleksi karena jumlah yang mendaftar melampaui jumlah kursi yang kami miliki," ucap Rama.

Ternyata Rama ketua dari ekstrakulikuler musik? Begitu berwibawa sekali dia di depan sana, tapi sayang aku tidak bisa menyaksikannya dengan jelas karena aku berada di barisan paling belakang.

"Apa? Seleksi?" ujar Melati yang berhasil membuatku menolehkan kepala sebentar kepadanya. "Pauline, alat musik apa yang akan kamu mainkan nanti?" tanya Melati kepadaku.

Sebenarnya, dulu aku pernah mengikuti les biola, namun karena Ibuku menentang akan hal itu, aku berhenti untuk mengikuti les biola tersebut. Ibu lebih senang jika aku fokus kepada perkembangan akademikku.

"Aku pernah belajar bermain biola," jawabku kepada Melati.

Melati tampak membulatkan matanya, entah mengapa ia begitu.

"Sungguh? Kamu bisa?" tanyanya lagi.

"Tidak tahu masih ingat atau sudah lupa," jawabku.

Ia tampak menghembuskan napas dengan perasaan pasrah. Sepertinya ada sesuatu yang membuatnya gelisah.

"Aku tidak bisa memainkan alat musik lain, selain gitar, dan kurasa banyak yang lebih berbakat dalam memetik gitar di sini," ujar Melati.

Aku sungguh tidak tega melihat ekspresinya seperti itu. Dimana Melati yang selalu ceria itu?

Aku mencoba memberikan semangat kepadanya dengan menepuk punggungnya dengan pelan sambil menampilkan senyuman kepadanya. "Kamu tidak boleh pesimis, kamu pasti bisa menembus orang-orang di depanmu," ujarku.

Tampak Melati lebih baik dari sebelumnya, terbukti dengan senyuman di bibir tipisnya yang mulai terbit.

Satu persatu siswa-siswi di ruangnya ini dites kemampuannya dalam memainkan alat musik, hingga waktunya Melati yang akan maju pun tiba. Aku memberi semangat lagi kepadanya sebelum ia maju.

Semua berjalan lancar, Melati memainkan melody yang begitu indah terdengar, namun melodi indah itu bukanlah hanya dimiliki oleh petikan dari Melati saja, tetapi mereka yang sebelumnya memilih alat musik gitarpun sama indahnya.

Kini giliranku untuk menampilkan bakatku. Aku sedikit gugup karena sudah lama tidak menyentuh biola. Kurasa dari sekian banyak pendaftar di ekstrakulikuler musiknya, bisa dihitung dengan jari siswa yang menampilkan permainan biola, termasuk aku.

Aku mulai memainkannya dan sempat tergelincir ketika awal, namun semakin lama, ingatanku semakin kembali sehingga permainanku lancar. Aku hanya memejamkan mata sejak tadi, menikmati alunannya yang cukup merdu, tidak tahu bagaimana ekspresi orang-orang yang menontonku saat ini, yang kutahu adalah bagaimana aku tidak akan mempermalukan diriku sendiri.

Tes kemampuan dalam bermusik hari ini pun selesai, kami bisa kembali ke kelas kami masing-masing dan pengumumannya akan disampaikan pada minggu depan. Aku tidak begitu berharap akan lolos karena aku hanya memenuhi permintaan Melati saja yang terus menarikku untuk mendaftar.

***

Setelah seminggu lamanya kulewatkan di sekolah ini, aku sudah mulai bisa beradaptasi atas bantuan Melati.

Naabot mo na ang dulo ng mga na-publish na parte.

⏰ Huling update: Jun 27, 2020 ⏰

Idagdag ang kuwentong ito sa iyong Library para ma-notify tungkol sa mga bagong parte!

Nostalgia Rasa dan RinduTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon